(Renungan) Rabuni, Buatlah Aku Melihat-Mu

Rabuni, Buatlah Aku Melihat-Mu 
(Maria Theresia Widyastuti)


Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”
Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” 
(Mrk. 10:51)


Kalender Liturgi Minggu, 27 Oktober 2024
Bacaan Pertama : Yer. 31:7-9
Mazmur Tanggapan : Mzm. 126:1-2ab. 2cd-3. 4-5. 6
Bacaan Kedua : Ibr. 5:1-6
Bacaan Injil : Mrk.10:46-52


Banyak kisah tentang kunjungan Paus ke Indonesia. Salah satu cerita menarik adalah tentang Ronny yang tuna netra dan salah satu binaan Pengembangan Sosial ekonomi (PSE) paroki kami. Kisahnya menjadi viral di media sosial karena ia berkesempatan bertemu bahkan menerima berkat langsung dari Bapa Paus. Ronny  dikenal sebagai pribadi luar biasa yang pantang menyerah. Ia mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas Pamulang dan menghidupi dirinya dengan menjadi pemijat. 

Kitab Suci pun memiliki kisah tentang Bartimeus yang buta dan sangat terberkati karena bisa bertemu Yesus langsung. Lalu mengalami mukjizat yang luar biasa. Bartimeus yang buta dari Yerikho, sedang duduk mengemis di tempat yang biasa, ketika ia mendengar Yesus datang bersama orang banyak. Ia pun berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Orang-orang berusaha menyuruhnya diam, tetapi Bartimeus tidak mau menyerah. Ia melakukan tiga hal yang luar biasa. Pertama, ia memanggil Yesus dengan penuh iman sebagai Mesiasnya dan mengakui ketergantungannya pada Yesus. Kedua, ia menanggalkan jubahnya dan pergi menemui Yesus, Ia meninggalkan satu-satunya barang berharga miliknya dan tanpa kelekatan pergi menemui Yesus. Ketiga, ia memanggil Yesus dengan sebutan “Rabuni” seperti Maria Magdalena memanggil Yesus. Tanpa ragu Bartimeus menyatakan sembah sujudnya pada Sang Guru yang ia imani sebagai Mesias. Karena sikap dan perilaku Bartimeus, pertama kalinya Yesus  mengijinkan orang mengakui-Nya sebagai Mesias di depan umum. 

Belajar dari Bartimeus, maka saya pun bertanya apakah saya sudah memiliki perilaku yang berkenan di mata Yesus, sehingga harapan saya dikabulkan Tuhan? Saat saya berdoa dan meminta Tuhan untuk memenuhi keinginan saya, maka seperti Bartimeus, saya pun perlu memberi-Nya izin untuk menggali lebih dalam permintaan tersebut. Apakah saya memiliki motif yang murni seperti Bartimeus yang mengakui ketergantungan sepenuhnya kepada Yesus, atau saya menggunakan Yesus untuk kepentingan saya sendiri?

Maka pertanyaannya, apakah motivasi saya berdoa sudah selaras dengan perilaku dan sikap saya dalam hal mengimani pengharapan saya pada Allah?

Doa :

Tuhan Allah, Rabuniku, terima kasih karena berbagai mukjizat terjadi dalam hidupku. Semoga motivasi dan imanku sungguh selaras dengan kehendak-Mu dan tergambar dalam perilaku hidupku sehari-hari. Semoga Roh Kudus terus membimbingku untuk memiliki iman sepenuhnya akan pengharapan dan ketergantunganku pada Yesus. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Disposisi Hati

(Renungan) Api Penyucian