(Renungan) Hidup di Dalam Kasih
Hidup di Dalam Kasih
(Made Shinta)
(Made Shinta)
Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.
(2Yoh. 1:6)
Kalender Liturgi Jumat, 15 November 2024
Bacaan Pertama : 2Yoh. 1:4-9
Mazmur Tanggapan : Mzm. 119:1. 2. 10. 11. 17. 18
Bacaan Injil : Luk. 17:26-37
Dalam suratnya yang kedua, Santo Yohanes menjelaskan arti dari kasih sekaligus cara menerapkannya, yaitu hidup menurut perintah Allah. Perintah-Nya yang utama adalah kasih; baik kepada Allah dan kepada sesama manusia. Ada keterikatan dan hubungan yang erat antara kasih dan ketaatan. Bila kita sungguh mengasihi-Nya yang sudah lebih dulu mengasihi, maka dengan sukarela dan penuh antusias kita akan taat melakukan perintah-Nya. Allah menghendaki agar kita saling mengasihi, dan selalu hidup dalam kasih. Kasih bukan hanya berupa perasaan, tetapi diwujudkan dengan perbuatan. Teladan sempurna kasih ada pada Tuhan Yesus, yang selalu hidup penuh dengan belas kasih, hingga memberikan diri-Nya bagi keselamatan manusia bahkan bagi yang membenci dan menolak-Nya.
Bacaan Pertama : 2Yoh. 1:4-9
Mazmur Tanggapan : Mzm. 119:1. 2. 10. 11. 17. 18
Bacaan Injil : Luk. 17:26-37
Dalam suratnya yang kedua, Santo Yohanes menjelaskan arti dari kasih sekaligus cara menerapkannya, yaitu hidup menurut perintah Allah. Perintah-Nya yang utama adalah kasih; baik kepada Allah dan kepada sesama manusia. Ada keterikatan dan hubungan yang erat antara kasih dan ketaatan. Bila kita sungguh mengasihi-Nya yang sudah lebih dulu mengasihi, maka dengan sukarela dan penuh antusias kita akan taat melakukan perintah-Nya. Allah menghendaki agar kita saling mengasihi, dan selalu hidup dalam kasih. Kasih bukan hanya berupa perasaan, tetapi diwujudkan dengan perbuatan. Teladan sempurna kasih ada pada Tuhan Yesus, yang selalu hidup penuh dengan belas kasih, hingga memberikan diri-Nya bagi keselamatan manusia bahkan bagi yang membenci dan menolak-Nya.
Anak saya pernah bertanya, mengapa begitu banyak kekerasan dan kejahatan. Bahkan terjadi juga di dalam keluarga yang harusnya menjadi tempat yang teraman. Ia mempertanyakan, apakah mereka yang melakukan kejahatan tidak percaya dan takut akan Allah. Saat itu saya menjawab dengan mengingat-ingat yang pernah saya baca. Albert Einstein mengatakan gelap itu tidak ada, gelap terjadi karena ketiadaan terang. Kejahatan terjadi karena ketiadaan kasih. Allah adalah terang dan kasih. Ketika manusia tidak bersatu atau meninggalkan Allah, maka ia akan hidup dalam kegelapan dosa. Ia kehilangan kasih kepada Allah dan sesama manusia. Allah tidak pernah meninggalkan kita, sebaliknya kita yang melangkah keluar dari-Nya. Seberat apa pun dosa kita, Allah tidak pernah menolak kita kembali kepada-Nya. Yang diperlukan hanya pertobatan yang tulus.
Hidup di dalam kasih adalah sebuah perjalanan yang berkelanjutan dan dipenuhi dengan penyangkalan diri. Tetap sabar ketika berhadapan dengan orang-orang yang mengesalkan; setia melayani meskipun sibuk dan lelah, dengan cara bijak membagi waktu; mau mengampuni sekalipun terasa sakit dan berat. Semua itu adalah bentuk dari ketaatan dan kasih kita kepada Allah dan sesama.
Marilah kita hidup di dalam kasih! Semoga kita menjadi pembawa terang kepada sesama yang hidup dalam kegelapan, serta selalu membawa sukacita dan damai sejahtera!
Doa:
Tuhan Yesus yang Maha Baik, kami mau hidup di dalam kasih-Mu. Semoga kami semakin serupa dengan-Mu, yang ditunjukkan oleh perkataan dan perbuatan kasih kami kepada sesama. Amin.
Komentar
Posting Komentar