(Renungan) Kurban yang Berkenan kepada Allah
Kurban yang Berkenan kepada Allah
(H. Haryanto Tanudjaja)
(H. Haryanto Tanudjaja)
Sebab, oleh satu korban itu saja Kristus telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang dikuduskan.
Jadi, apabila untuk semuanya itu sudah ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan kurban karena dosa.
(Ibr. 10:14. 18)
Kalender Liturgi Minggu, 17 November 2024
Bacaan Pertama : Dan. 12:1-3
Mazmur Tanggapan : Mzm. 16:5. 8. 9-10. 11
Bacaan Kedua : Ibr. 10:11-14. 18
Bacaan Injil : Mrk. 13:24-32
Setiap orang pasti menghadapi risiko sepanjang hidupnya. Ada dua resiko yang serius, yaitu kerugian finansial dan kerugian fisik. Pada umumnya ada 3 mitigasi, yaitu menanggung sendiri, membagi, atau memindahkan risiko itu.
Kematian fisik merupakan risiko terberat dan tak terhindarkan, sehingga banyak legenda menceritakan orang-orang pandai mencari kehidupan abadi (immortality). Sebagai penolak bala maut dan permohonan keselamatan, mereka memberikan “sesajen” dalam suatu ritual mistis persembahan kepada roh, dewa atau entitas spiritual.
Sebagai murid Yesus, kita diajak untuk mengejar yang lebih tinggi, yaitu keselamatan jiwa dan kebangkitan badan. Allah menghendaki supaya semua orang diselamatkan (1Tim. 2:4), tetapi hukum Taurat tidak memadai dan tidak pasti memberikan jaminan keselamatan jiwa, sekalipun setiap tahun dipersembahkan kurban, karena Allah tidak berkenan (Ibr. 10:1. 6).
Firman-Nya melalui Nabi Hosea berbunyi, “Sebab aku menyukai ‘kasih setia’, dan bukan kurban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada kurban-kurban bakaran” (Hos. 6:6). Perbuatan baik yang dilandasi kasih dan pengenalan akan Yesus mendekatkan relasi kita dengan Allah, sedangkan Roh Kudus memampukan kita setia berdiri teguh dalam iman kepada-Nya. Kasih setia kepada Yesus memberi kita kekuatan dan sukacita dalam menjalani hidup.
Bacaan hari ini menegaskan bahwa sesudah ada pengampunan, tidak perlu ada persembahan kurban lagi. Sebab risiko kematian kekal kita telah “dipindahkan” kepada Yesus; oleh kematian-Nya di kayu salib sebagai Kurban Agung. Allah telah mengampuni, tidak mengingat dosa dan kesalahan kita. Oleh sebab satu kurban Yesus itu saja, kita diselamatkan.
Ketika Raja Louis masih hidup, Ratu Elizabeth aktif membantu orang miskin, bahkan mendermakan jubah dan hiasannya. Setelah suaminya meninggal, Elizabeth diusir dari kastil, menderita kelaparan dan kedinginan. Atas berbagai penderitaan itu, Elizabeth tidak mengeluh tetapi mempersembahkan dirinya kepada Tuhan dengan menjadi biarawati dan menjual hartanya yang tersisa untuk melayani orang sakit dan miskin sampai meninggal pada usia 24 tahun.
Marilah kita berlomba mempersembahkan kurban yang berkenan kepada-Nya seperti teladan Santa Elizabeth dari Hungaria!
Doa:
Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur karena ancaman kematian kekal telah Engkau angkat dengan satu kali pengorbanan-Mu di kayu salib. Curahkanlah rahmat-Mu agar kami selalu bersemangat dalam mempersembahkan hidup kami, dengan perbuatan kasih sekecil apa pun demi Engkau. Semoga kami berani untuk memperjuangkan kehidupan setelah kematian. Amin.
Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur karena ancaman kematian kekal telah Engkau angkat dengan satu kali pengorbanan-Mu di kayu salib. Curahkanlah rahmat-Mu agar kami selalu bersemangat dalam mempersembahkan hidup kami, dengan perbuatan kasih sekecil apa pun demi Engkau. Semoga kami berani untuk memperjuangkan kehidupan setelah kematian. Amin.
Komentar
Posting Komentar