(Renungan) Satu-satunya Andalanku
Satu-satunya Andalanku
(Patricia B.Y.)
Kalender Liturgi Senin, 18 November 2024
Bacaan Pertama : Why. 1:1-4. 2:1-5a
Mazmur Tanggapan : Mzm. 1:1-2. 3. 4. 6.
Bacaan Injil : Luk. 18:35-43
Yesus yang bangkit, memberi perintah kepada Yohanes untuk menulis surat kepada Gereja di Efesus. Surat tersebut berisi pujian dan celaan. Yesus memuji jemaat di Efesus, karena kerja keras dan ketekunan mereka dalam membela kebenaran kerajaan Allah. Celaan Yesus dikarenakan mereka kehilangan kasih yang semula.
Jemaat di Efesus mendapati para rasul sebagai pewarta palsu. Rasul-rasul palsu itu adalah pengikut Nikolaus. Mereka dengan leluasa mengikuti keinginan daging seperti: melakukan zinah dan makan makanan yang dipersembahkan kepada dewa-dewi, dan percaya kepada dewa-dewi; padahal mereka adalah orang-orang Yahudi yang memegang ketaatan penuh pada hukum Taurat. Tingkah laku seperti itulah yang membuat para jemaat kehilangan kasih kepada pengajar palsu tersebut. Yesus mengingatkan para jemaat yang telah jatuh dalam dosa. Mereka harus bertobat dan kembali mengasihi.
Membaca perikop ini mengingatkanku pada kebiasaan beberapa orang Katolik keturunan Cina, saat menjelang sincia (tahun baru Cina). Mereka masih suka berkunjung ke orang pintar untuk meminta semacam benda kecil untuk dibawa ke rumah, guna melawan bala. Tak lupa mereka menanyakan apa pantangan untuk sepanjang tahun yang baru nanti. Sepulang dari orang pintar, mereka biasa bercerita, tentang apa yang tidak boleh dilakukan. “Tahun ini ga boleh pergi melayat”; atau “Ga boleh menikahkan anak”; atau “Ga boleh ke luar kota melalui perjalanan darat”, dan lain-lain.
Pada peringatan tertentu, mereka juga mengirimkan “uang” kepada leluhur yang sudah meninggal dengan membakar kertas uang-uangan setelah sembahyang dengan meja besar penuh makanan. Tujuannya, agar para leluhur yang sudah meninggal, tidak berkekurangan di dunia sana.
Beberapa kali saya mengingatkan mereka bahwa orang meninggal sudah tidak butuh apa-apa lagi, karena sudah bersama Allah Bapa. Tetapi mereka tetap melakukannya, bahkan mengundang saya untuk hadir. Hal-hal seperti ini membuatku kurang respek kepada mereka.
Ternyata Tuhan Yesus ingin mengingatkanku, terlepas dari bagaimana orang berperilaku, kita tetap harus mengasihinya.
Doa:
Bapa, kami mohon rahmat kasih dan iman yang teguh. Biarlah kami mampu mengasihi teman seperjalanan kami dan menjadikan Engkau satu-satunya andalan kami dalam menyelesaikan setiap misi hidup yang Kauberikan. Amin.
(Patricia B.Y.)
Namun demikian Aku mencela engkau,
karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
(Why. 2:4)
Kalender Liturgi Senin, 18 November 2024
Bacaan Pertama : Why. 1:1-4. 2:1-5a
Mazmur Tanggapan : Mzm. 1:1-2. 3. 4. 6.
Bacaan Injil : Luk. 18:35-43
Yesus yang bangkit, memberi perintah kepada Yohanes untuk menulis surat kepada Gereja di Efesus. Surat tersebut berisi pujian dan celaan. Yesus memuji jemaat di Efesus, karena kerja keras dan ketekunan mereka dalam membela kebenaran kerajaan Allah. Celaan Yesus dikarenakan mereka kehilangan kasih yang semula.
Jemaat di Efesus mendapati para rasul sebagai pewarta palsu. Rasul-rasul palsu itu adalah pengikut Nikolaus. Mereka dengan leluasa mengikuti keinginan daging seperti: melakukan zinah dan makan makanan yang dipersembahkan kepada dewa-dewi, dan percaya kepada dewa-dewi; padahal mereka adalah orang-orang Yahudi yang memegang ketaatan penuh pada hukum Taurat. Tingkah laku seperti itulah yang membuat para jemaat kehilangan kasih kepada pengajar palsu tersebut. Yesus mengingatkan para jemaat yang telah jatuh dalam dosa. Mereka harus bertobat dan kembali mengasihi.
Membaca perikop ini mengingatkanku pada kebiasaan beberapa orang Katolik keturunan Cina, saat menjelang sincia (tahun baru Cina). Mereka masih suka berkunjung ke orang pintar untuk meminta semacam benda kecil untuk dibawa ke rumah, guna melawan bala. Tak lupa mereka menanyakan apa pantangan untuk sepanjang tahun yang baru nanti. Sepulang dari orang pintar, mereka biasa bercerita, tentang apa yang tidak boleh dilakukan. “Tahun ini ga boleh pergi melayat”; atau “Ga boleh menikahkan anak”; atau “Ga boleh ke luar kota melalui perjalanan darat”, dan lain-lain.
Pada peringatan tertentu, mereka juga mengirimkan “uang” kepada leluhur yang sudah meninggal dengan membakar kertas uang-uangan setelah sembahyang dengan meja besar penuh makanan. Tujuannya, agar para leluhur yang sudah meninggal, tidak berkekurangan di dunia sana.
Beberapa kali saya mengingatkan mereka bahwa orang meninggal sudah tidak butuh apa-apa lagi, karena sudah bersama Allah Bapa. Tetapi mereka tetap melakukannya, bahkan mengundang saya untuk hadir. Hal-hal seperti ini membuatku kurang respek kepada mereka.
Ternyata Tuhan Yesus ingin mengingatkanku, terlepas dari bagaimana orang berperilaku, kita tetap harus mengasihinya.
Doa:
Bapa, kami mohon rahmat kasih dan iman yang teguh. Biarlah kami mampu mengasihi teman seperjalanan kami dan menjadikan Engkau satu-satunya andalan kami dalam menyelesaikan setiap misi hidup yang Kauberikan. Amin.
Komentar
Posting Komentar