(Renungan) Berani Mengambil Resiko
Berani Mengambil Risiko
(Fidensius Gunawan)
(Fidensius Gunawan)
Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus.
(Luk. 1:41)
Kalender Liturgi Sabtu, 21 Desember 2024
Bacaan Pertama : Kid. 2:8-14
Mazmur Tanggapan : Mzm. 33:2-3. 11-12. 20-21
Bacaan Injil : Luk. 1:39-45
Bacaan Pertama : Kid. 2:8-14
Mazmur Tanggapan : Mzm. 33:2-3. 11-12. 20-21
Bacaan Injil : Luk. 1:39-45
Maria diberitahu oleh malaikat Tuhan bahwa saudaranya, Elisabet, sedang mengandung enam bulan. Maria yang sedang hamil muda, memutuskan berangkat mengunjungi saudaranya ini. Perjalanan jauh yang harus ditempuh dengan jalan kaki, bertambah berat, karena Elisabet tinggal di pegunungan. Dengan didampingi oleh Yusuf, Maria berani mengambil risiko, karena ia peduli akan saudaranya. Ia tahu Elisabet sudah tidak muda lagi, risiko kehamilan bagi Elisabet sangat besar. Maria yang berpengalaman sebagai bidan, karena kasihnya yang besar, merasa perlu mendampingi Elisabet hingga saat Elisabet melahirkan.
Kunjungan yang dilandasi kasih yang besar, membuat salam dari Maria berefek sukacita bagi Elisabet, bahkan bagi anak dalam kandungannya. Sang calon bayi melonjak kegirangan. Elisabet pun dipenuhi Roh Kudus, sehingga dari mulutnya keluar pujian bagi Maria dan mengungkap iman, bahwa Maria adalah ibu Tuhan.
Anak saya sedang hamil 4 bulan dan ia memutuskan pulang berlibur untuk mengunjungi kami, sekaligus mendampingi keluarga angkatnya yang asal Jerman. Mereka datang berlibur ke Indonesia. Karena hubungan anak saya dan keluarga angkatnya begitu baik dan saling mengasihi, anak saya berani mengambil risiko menempuh perjalanan udara dari Vietnam dan juga ikut perjalanan liburan ke Bandung dan Bali. Ini adalah liburan pertama ke Indonesia bagi keluarga ini dan mereka nampak sukacita dengan alam indah yang tersaji di Kawah Putih dan Kawah Rengganis (Bandung), serta Jimbaran dan Ubud (Bali). Juga mereka nampak menikmati kuliner khas setiap daerah. Semua ini dapat tercipta karena dasar kasih. Mengamati kasih yang terjalin di antara mereka, kami sebagai orang tua ikut senang.
Apa pun yang dilandasi kasih ternyata akan mendatangkan sukacita. Tidak hanya bagi orang bersangkutan, tapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Hendaknya kita selalu sadar dan berusaha berbuat penuh kasih, sebagaimana Bunda Maria telah mencontohkan bagi kita. Sehingga kita pun dipenuhi Roh Kudus dan boleh mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan.
Doa:
Allah Bapa, biarlah kasih-Mu menguasai hati dan pikiran kami. Sehingga apa pun yang kami perbuat seturut kasih-Mu dan boleh mendatangkan sukacita bagi siapa pun. Amin.
Allah Bapa, biarlah kasih-Mu menguasai hati dan pikiran kami. Sehingga apa pun yang kami perbuat seturut kasih-Mu dan boleh mendatangkan sukacita bagi siapa pun. Amin.
Komentar
Posting Komentar