(Renungan) Kemarahan yang Menghancurkan
Kemarahan yang Menghancurkan
(Isye Iriani)
Kalender Liturgi Sabtu, 28 Desember 2024
Bacaan Pertama : 1Yoh. 1:5-2:2
Mazmur Tanggapan : Mzm. 124:2-3. 4-5. 7b-8.
Bacaan Injil : Mat. 2:13-18
Injil Matius 2:16, mencatat salah satu tindakan keji dalam sejarah: Herodes yang membunuh semua anak laki-laki berusia dua tahun ke bawah di Betlehem. Perintah ini lahir dari rasa takut bercampur amarah. Takut kekuasaannya terancam oleh kehadiran "Raja" yang baru lahir, yaitu Yesus Kristus dan marah karena merasa diperdaya orang majus.
Dalam kehidupan, mungkin kita tidak bertindak seekstrem Herodes. Namun yang serupa banyak. Seorang klien wanita (sebut Ibu C) datang dengan keluhan konflik terus menerus dengan suaminya. Dia mempertimbangkan untuk berpisah. Dalam dua sesi konseling ditemukan fakta, ternyata suami ibu C memiliki kemarahan terpendam pada orang tuanya. Energi kemarahannya dilampiaskan dalam bentuk kekasaran kata dan perilaku pada istri dan anaknya, menimbulkan prahara rumah tangga, hingga kemungkinan bercerai.
Dalam menjalani kehidupan, penting untuk memeriksa diri: apakah kita mempunyai luka batin atau kemarahan yang tidak diproses. Teori psikologi mengatakan korban luka batin termasuk kemarahan yang tidak diproses, akan berulang. Dari korban, menjadi pelaku yang seperti “monster” tanpa sadar akan menyakiti, terutama orang-orang terdekat. Dalam ilmu konseling berbasis teologi Kristen, kita mengenal Yesus sebagai Konselor Agung. Lukas 4:18 adalah ayat dasar yang menyatakan Yesus adalah sumber utama penyembuh luka batin. Mintalah bantuan-Nya. Jadilah “a pattern breaker”, pemutus pola negatif, dengan memulihkan dan memproses diri bersama-Nya untuk mendapatkan kesehatan mental yang sehat di zaman yang sulit ini.
Dunia akan semakin tidak baik-baik saja. Melalui rasul Paulus, Tuhan sudah mengingatkan bahwa pada “hari-hari akhir” akan datang masa sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan garang, pada hakekatnya lebih menuruti nafsu daging ketimbang ajaran kasih Tuhan (2Tim. 3:1-5). Namun sama seperti Yesus dilindungi dari pembunuhan dengan menyingkir ke Mesir, yang menyatakan kemenangan kasih Allah, kita harus percaya bahwa Tuhan masih bertahta disinggasana-Nya. Dia masih “under-control”, rencana-Nya lebih besar dari ketakutan dan kejahatan manusia.
Kala “monster” pribadi, apa pun bentuknya menguasai, ingatlah kita bisa menghadapinya bersama Kristus sang penyembuh.
Doa:
Tuhan Engkau tahu, aku penuh luka, dari rahim aku pun sudah menderita. Tuhan jangan berdiam, jangan tinggalkan aku, jawablah aku. Tuhan Konselor Agung, berikanlah aku rahmat-Mu untuk mengarahkan hidupku dan menyembuhkan lukaku. Aku mohon kepada-Mu agar aku meraih hidup damai, damai dengan Dikau, diriku dan sesama. Jadikan aku pembawa damai-Mu. Amin.
(Isye Iriani)
“Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu."
(Mat. 2:16)
Kalender Liturgi Sabtu, 28 Desember 2024
Bacaan Pertama : 1Yoh. 1:5-2:2
Mazmur Tanggapan : Mzm. 124:2-3. 4-5. 7b-8.
Bacaan Injil : Mat. 2:13-18
Injil Matius 2:16, mencatat salah satu tindakan keji dalam sejarah: Herodes yang membunuh semua anak laki-laki berusia dua tahun ke bawah di Betlehem. Perintah ini lahir dari rasa takut bercampur amarah. Takut kekuasaannya terancam oleh kehadiran "Raja" yang baru lahir, yaitu Yesus Kristus dan marah karena merasa diperdaya orang majus.
Dalam kehidupan, mungkin kita tidak bertindak seekstrem Herodes. Namun yang serupa banyak. Seorang klien wanita (sebut Ibu C) datang dengan keluhan konflik terus menerus dengan suaminya. Dia mempertimbangkan untuk berpisah. Dalam dua sesi konseling ditemukan fakta, ternyata suami ibu C memiliki kemarahan terpendam pada orang tuanya. Energi kemarahannya dilampiaskan dalam bentuk kekasaran kata dan perilaku pada istri dan anaknya, menimbulkan prahara rumah tangga, hingga kemungkinan bercerai.
Dalam menjalani kehidupan, penting untuk memeriksa diri: apakah kita mempunyai luka batin atau kemarahan yang tidak diproses. Teori psikologi mengatakan korban luka batin termasuk kemarahan yang tidak diproses, akan berulang. Dari korban, menjadi pelaku yang seperti “monster” tanpa sadar akan menyakiti, terutama orang-orang terdekat. Dalam ilmu konseling berbasis teologi Kristen, kita mengenal Yesus sebagai Konselor Agung. Lukas 4:18 adalah ayat dasar yang menyatakan Yesus adalah sumber utama penyembuh luka batin. Mintalah bantuan-Nya. Jadilah “a pattern breaker”, pemutus pola negatif, dengan memulihkan dan memproses diri bersama-Nya untuk mendapatkan kesehatan mental yang sehat di zaman yang sulit ini.
Dunia akan semakin tidak baik-baik saja. Melalui rasul Paulus, Tuhan sudah mengingatkan bahwa pada “hari-hari akhir” akan datang masa sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan garang, pada hakekatnya lebih menuruti nafsu daging ketimbang ajaran kasih Tuhan (2Tim. 3:1-5). Namun sama seperti Yesus dilindungi dari pembunuhan dengan menyingkir ke Mesir, yang menyatakan kemenangan kasih Allah, kita harus percaya bahwa Tuhan masih bertahta disinggasana-Nya. Dia masih “under-control”, rencana-Nya lebih besar dari ketakutan dan kejahatan manusia.
Kala “monster” pribadi, apa pun bentuknya menguasai, ingatlah kita bisa menghadapinya bersama Kristus sang penyembuh.
Doa:
Tuhan Engkau tahu, aku penuh luka, dari rahim aku pun sudah menderita. Tuhan jangan berdiam, jangan tinggalkan aku, jawablah aku. Tuhan Konselor Agung, berikanlah aku rahmat-Mu untuk mengarahkan hidupku dan menyembuhkan lukaku. Aku mohon kepada-Mu agar aku meraih hidup damai, damai dengan Dikau, diriku dan sesama. Jadikan aku pembawa damai-Mu. Amin.
Komentar
Posting Komentar