(Renungan) Renungkan Semuanya dalam Diam

Renungkan Semuanya dalam Diam
(Widya Taurus) 


“Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.” 
(Mat. 1:19)


Kalender Liturgi Rabu, 18 Desember 2024
Bacaan Pertama : Yer. 23:5-8
Mazmur Tangggapan : Mzm. 72:2. 12-13. 18-19
Bacaan Injil : Mat. 1:18-24

 
Santo Yusuf yang adalah keturunan Daud, ditugaskan oleh Allah, untuk menjadi ayah bagi Yesus. Hal ini bertujuan agar Yesus secara sah menjadi keturunan Abraham, anak Daud sesuai nubuat nabi Yesaya. Tidak mudah bagi Santo Yusuf untuk menerima tugas ini. Sebagai seorang tukang kayu yang sederhana dari Nazaret, ia merasa tidak layak dan bertanya-tanya. Mampukah ia menjaga Maria dan Anaknya yang pasti istimewa itu? Dalam diam Santo Yusuf mempertimbangkan untuk menceraikan Maria, hingga malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya. Santo Yusuf pun patuh pada tugasnya; mengawini Maria dan merawat Yesus seperti anaknya sendiri. 

Keluarga Kudus yang dipimpin Santo Yusuf hendaknya menjadi teladan bagi keluarga umat Katolik. Dalam menghadapi situasi sulit, Santo Yusuf dengan bijaksana memilih untuk merenung dan mempertimbangkan segala sesuatunya dalam diam. Tanpa menceritakan kehamilan Maria kepada siapa pun. Bunda Maria yang tidak paham akan perbuatan Yesus saat tertinggal di Bait Allah juga diam, menyimpan semua perkara dalam hatinya (Luk. 2:51). Sikap diam ini menunjukkan kebijaksanaan dan kerendahan hati dalam menghadapi ketidakmengertian. Diam memberikan ruang untuk merenung, memahami masalah, dan menjaga agar persoalan tidak meluas tanpa kendali.

Di era medsos sekarang ini, betapa sering kita melihat orang mengumbar permasalahannya, terutama permasalahan pribadi. Pasangan yang berpisah saling menceritakan semua aib dan keburukan si mantan. Pertikaian berlarut-larut dipaparkan di media sosial, yang bisa dibaca oleh semua orang, termasuk anak-anak mereka. Jika pun si anak saat kejadian itu masih belum mengerti, jejak digital yang ada bisa terbaca saat mereka dewasa kelak. 

Selain itu, pertikaian antar teman juga salah satu yang sering diumbar di media sosial. Sindir menyindir, maki memaki, hingga ancam mengancam. Keriuhan ini membuat suasana semakin panas dan suara hati nurani menjadi tertutup oleh amarah. Semuanya hanya karena ‘suka bicara’. Seandainya kita bisa meneladani Santo Yusuf dan Bunda Maria, yang memilih untuk merenungkan dan menimbang semua masalah dalam diam, pasti kita dapat mengambil keputusan dengan bijaksana dengan bimbingan Roh Kudus. 

Doa: 
Santo Yusuf yang tulus hati dan bijaksana, tolong doakan kami agar dimampukan meniru ketenanganmu saat kami menghadapi masalah di kehidupan kami. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Si Sulung yang Hilang

(Renungan) Libatkanlah Allah