(Renungan) Apa Arti Saudara-Ku

Apa Arti Saudara-Ku
(Veronika Trimardhany)


Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku
(Mrk. 3:35)


Kalender Liturgi Selasa, 28 Januari 2025
Bacaan Pertama : Ibr. 10:1-10
Mazmur Tanggapan : Mzm. 40:2. 4ab. 7-8a. 10. 11
Bacaan Injil : Mrk. 3:31-35

Datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus ke tempat di mana Yesus sedang mengajar. Sementara mereka berdiri di luar, ibu Yesus meminta tolong seseorang untuk memanggil Yesus menemui ibu dan saudara-saudara-Nya. Alih-alih Yesus segera keluar menemui ibunya, malah Ia berkata, “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Pasti yang mendengar perkataan Yesus tersebut merasa heran dan kaget. Karena setiap hari Yesus selalu bersama mereka dan hidup berdampingan dengan ibu dan saudara-saudara-Nya. Yesus memandang sekeliling-Nya dan melanjutkan perkataan-Nya, “Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku.” Memang Yesus tidak menolak keberadaan ibu dan saudara-saudari-Nya, namun Ia ingin menegaskan, siapa saja yang mengikuti kehendak Allah itulah ibu dan saudara-saudari-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari tampak siapa saudara sejati dan sekedar saudara sedarah karena dari satu aliran darah. Saya merasakan saudara sejati saya adalah sahabat dan tetangga saya, yang tahu betul suka duka saya. Saya merasa saudara sekandung menjadi jauh dibanding tetangga dan teman satu komunitas gereja saya. Saat saya kesusahan, merekalah yang menemani dan mendukung saya. Kami sekelompok tidak pernah membedakan kaya atau miskin. Bila salah satu dari kelompok kami ada yang susah, kami ikut merasakan dan saling berempati. Padahal saudara kandung saya jauh lebih mampu dari pada tetangga dan teman-teman saya. Bila saudara sekandung mendengar saya sedang susah, bukannya mendukung atau menelepon menanyakan kabar, malahan membiarkan saya susah sendiri. Berbeda dengan teman dan tetangga saya, bila saya tidak kelihatan maupun tak ada berita, mereka menjenguk, menanyakan kabar saya. Itulah saudara sejati saya. 

Dalam cerita di atas, tampaklah siapa yang melakukan kehendak Allah, mau peduli dan mencintai sesama tanpa memandang status sosial. Maka mereka patut disebut saudara Yesus. Dengan demikian, bila kita ingin menjadi saudara Yesus, kita harus mengikuti ajaran-Nya, yaitu peduli pada sesama yang sedang kesusahan, miskin, dan tersingkir; yang membutuhkan uluran tangan kita.

Doa:
Tuhan Yesus Kristus, ajarilah kami untuk peduli terhadap sesama. Jangan sampai hamba-Mu ini hanya mementingkan diri sendiri, tapi bisa belajar dari tetangga dan teman satu komunitas yang mengikuti ajaran-Mu. Berlaku kasih terhadap sesama, adil terhadap diri sendiri dan orang lain. Semoga kami semakin peka atas ajaran-Mu. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Upah Mengikuti Yesus

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia