(Renungan) Jadikanku Tanah yang Baik

Jadikanku Tanah yang Baik
(Patricia B.Y.)
 

Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka.
(Mrk. 4:2a)
 

Kalender Liturgi Rabu, 29 Januari 2025
Bacaan Pertama: Ibr. 10:11-18
Mazmur Tanggapan: Mzm. 110:1. 2. 3. 4.
Bacaan Injil : Mrk. 4:1-20 


Salah satu cara Yesus mengajar adalah menggunakan metafora yang kuat. Metafora dengan perumpamaan yang mudah dipahami dengan menggunakan contoh keseharian kehidupan.

Yesus pun selalu berusaha untuk mengajar dengan memperhatikan lokasi dan pendengarnya, seperti Khotbah di bukit dan juga khotbah dari perahu di tengah danau. Berada di tengah danau memungkinkan suara Yesus lebih terdengar jelas kepada banyak orang yang berkumpul di tepi. Air memiliki kemampuan untuk memantulkan suara, sehingga pengajaran-Nya dapat didengar dengan lebih baik oleh kerumunan yang besar.

Di tepi danau Tiberias pulalah Yesus menyampaikan perumpamaan tentang 'penabur benih', yang adalah Yesus sendiri. Benih yang Dia tabur menggambarkan Sabda Allah yang diwartakan. Tempat benih itu jatuh menggambarkan manusia yang menerima Sabda Allah itu. Yesus ingin mewartakan Sabda Allah kepada sebanyak mungkin orang, sehingga manusia mengerti kehendak Allah agar manusia selamat dari akibat dosa. Yesus tidak memilih-milih kepada siapa Sabda diwartakan.

Karakter tentang tanah menggambarkan karakter pribadi seseorang dan cara menanggapi Sabda yang disebarkan. Tanah di pinggir jalan menggambarkan penerima Sabda yang tidak memahami Sabda yang disampaikan-Nya. Tanah berbatu-batu menunjukkan penerima Sabda yang menerima Sabda dengan hati gembira, tetapi tidak berakar. Semak duri mengarah pada penerima Sabda yang mendengar Sabda, tetapi tidak berbuah karena himpitan kekhawatiran, kesusahan hidup maupun kesenangan duniawi. Sedangkan tanah yang baik menggambarkan penerima Sabda yang menyimpan Sabda dengan baik, percaya, menaati dan melakukan apa yang diperintahkan-Nya, sehingga menghasilkan buah melimpah.

Sebagai seorang ibu rumah tangga, tidak jarang saya mengalami berbagai macam kekhawatiran. Dari hal yang remeh sampai hal yang besar, hingga saya mengalami susah tidur. Namun di suatu titik, saya menyadari, saya hanya perlu menjadi tanah yang baik; yang tetap percaya, menaati dan melakukan perintah-Nya, agar tidak membatasi Tuhan untuk menunjukkan karya-Nya, supaya saya bisa berbuah limpah.

Apakah kita bisa menjadi tanah yang baik yang menghasilkan buah limpah, jika segala kekhawatiran dan masalah menghimpit hidup kita?
 
Doa :
Bapa, jadikanku tanah yang baik. Biarkan benih yang Kautabur tumbuh subur, hingga menghasilkan buah yang berlimpah. Amin.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Upah Mengikuti Yesus

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia