(Renungan) Waktu Tuhan

Waktu Tuhan
(Erick Stefanus Jahja)


Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.
(Mrk 1:34b)


Kalendar Liturgi Rabu, 15 Januari 2025
Bacaan Pertama : Ibr. 2:14-18
Mazmur Tanggapan : Mzm. 105:1-2. 3-4. 6-7. 8-9
Bacaan Injil : Mrk. 1:29-39


Ayat di atas membuat saya bertanya, "Mengapa Yesus tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia?" Suatu perilaku yang tidak lazim, karena kebanyakan orang justru ingin menjadi terkenal. Yesus kok malah sebaliknya?

Setelah menyembuhkan banyak orang sakit dan mengusir setan, Yesus justru pergi ke tempat terpencil untuk berdoa. Banyak orang mencari Yesus untuk penyembuhan dan pengusiran roh jahat. Yesus selalu melarang mereka untuk menceritakan soal diri-Nya. Waktu-Nya belum tiba. Yesus tidak ingin orang mencari-Nya sebagai tabib atau seorang eksorsis.

Di pihak lain, kaum Farisi dan ahli Taurat yang tidak menyukai Yesus menunggu saatnya Dia menyatakan diri sebagai Anak Allah. Itu adalah kesempatan bagi mereka untuk dapat menjatuhkan hukuman mati. Sesuai dengan hukum Taurat, barangsiapa yang mengaku diri sebagai Anak Allah akan dihukum mati, karena dianggap menghujat Allah. 

Bagi Yesus ada waktu-Nya untuk menyatakan diri sebagai Mesias. Waktu-Nya adalah saat memasuki perjalanan kesengsaraan sejak berhadapan dengan Pontius Pilatus. Yesus ingin dikenal dari pengorbanan diri-Nya sebagai anak Allah dan manusia seutuhnya demi keselamatan kita. 

Suatu pengalaman yang tak terlupakan bagi saya soal waktu yang diberikan Tuhan baru-baru ini. Sejak terkena autoimun, saya mudah terluka, sehingga cenderung menghindari kegiatan di luar rumah. Bila terluka dan kena debu, kulit ini mudah infeksi dan dapat membuat saya ke belakang pun susah untuk melangkah. Alergi yang luar biasa terhadap cahaya matahari akan membuat seluruh badan saya terasa gatal hingga kadang sesak napas. 

Namun, ketika Bapa Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia, saya mendapat kesempatan pergi ke Gelora Bung Karno, Senayan. Awalnya, saya ragu apakah saya akan kuat di sana. Saya berdoa dan berharap mendapat kekuatan dan dimampukan mengikuti Misa bersama Bapa Paus. Saat itu luar biasa, kaki saya dikuatkan, saya tidak luka dan mendapat tempat duduk yang tidak kena sinar matahari. 

Tuhan memberikan kesempatan pada waktu-Nya yang terbaik. Apa yang saya harapkan dikabulkan-Nya. Terima kasih, Tuhan.

Doa:
Sungguh indah rencana-Mu Tuhan, Engkau rela menunda keberadaan-Mu dengan menyamakan derajat seperti manusia demi keselamatan umat-Mu. Semoga saya dapat lebih menyadari harapan dan rencana-Mu yang Maha Besar atas kehidupan ini. Tanamkanlah sikap rendah hati dalam diriku untuk lebih banyak mau bersabar dan percaya akan waktu-Mu yang indah. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Si Sulung yang Hilang

(Renungan) Libatkanlah Allah