(Renungan) Adat Istiadat itu Tradisi

Adat Istiadat itu Tradisi
(Mery Budiman)


“Jadi, firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu teruskan itu. Banyak lagi hal lain seperti itu kamu lakukan.” 
(Mrk 7:13)


Kalender Liturgi Selasa, 11 Februari 2025
Bacaan Pertama  : Kej. 1: 20 - 2:4a
Mazmur Tanggapan : Mzm. 8:4-9
Bacaan Injil : Mrk. 7:1-13

 
Sebenarnya tidak ada yang salah, bila setiap kali kita mau makan sebaiknya membasuh atau mencuci tangan terlebih dahulu. Itu memang dianjurkan agar tidak terserang penyakit, juga merupakan tradisi. Hari ini kita memperingati Hari Orang Sakit Sedunia. Marilah kita bersama-sama memberikan semangat dan perhatian kepada sesama kita yang sedang menderita atau mengidap suatu penyakit dengan mengunjungi dan mendoakan mereka!

Pada bacaan Injil hari ini, bukan berarti Yesus membenarkan setiap orang makan tanpa membasuh tangan terlebih dahulu, tetapi lebih menekankan pada ketulusan dan kesetiaan seseorang dalam menjalankan perintah Allah. Bukan karena adat istiadat nenek moyang yang diutamakan sehingga mengabaikan lainnya yang lebih penting. Hal inilah yang menjadi pertentangan dengan para ahli Taurat. 

Marilah kita menjaga keseimbangan dalam hidup bermasyarakat, sehingga terjadi harmoni firman Allah dalam diri kita; sebab Gereja juga berpegang pada tradisi! Seperti ada tertulis: "Yang satu dijalankan, tetapi yang lain tidak diabaikan."

Pada masa kedua orang tua kami masih hidup, di keluarga kami selalu melakukan kumpul keluarga pada hari raya Imlek, di rumah orang tua kami. Acara ini merupakan adat istiadat turun temurun dari kedua orang tua kami. Semua anak harus hadir lengkap dengan mantu dan cucu. Sampai sekarang kami tetap meneruskan tradisi kumpul keluarga, hanya saja tidak ketat seperti ketika kedua orang tua masih ada. Bagi yang bisa kumpul saja, bagi yang berhalangan tidak bisa hadir juga tidak masalah. Karena adat istiadat tidak harus dijalani, hanya sebagai tradisi saja. Di mana kami sesama saudara bisa saling mendukung dan berbagi suka dan duka. 

Suatu kali, hari raya Imlek dan Rabu Abu jatuh pada hari yang sama, maka kami pun berpantang dan berpuasa. Kita semua tahu di hari raya biasanya makanan yang tersaji adalah makanan mewah. Tetapi karena kita juga harus mematuhi ajaran dan aturan Gereja, maka kita menyediakan makanan sesuai dengan pantangan . Kita sebagai umat berimam hendaknya setia dan tulus menjalani perintah Allah.

Doa:
Allah Bapa di dalam surga, kami bersyukur atas kasih-Mu yang begitu besar. Kau ciptakan kami serupa dengan gambar dan citra-Mu yang semuanya baik adanya. Roh Kudus hadirlah dan bimbinglah kami agar dapat menjalankan perintah-Mu dan tidak mengabaikan adat istiadat yang berlaku, begitu juga sebaliknya. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Upah Mengikuti Yesus

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia