(Renungan) 'EFATA"

'EFATA'
(K. Cecilia Yanti)


Sambil menengadah ke langit Yesus mendesah dan berkata kepadanya, 
“Efata!”, artinya: Terbukalah!
(Mrk. 7:34)


Kalender Liturgi Jumat, 14 Februari 2025
Bacaan Pertama : Kej. 3:1-8
Mazmur Tanggapan : Mzm. 32:1-2,5,6,7
Bacaan Injil : Mrk. 7:31-37


Beberapa tahun lalu saya bersama teman-teman kantor mengadakan acara bakti sosial ke sebuah panti anak berkarunia khusus. Anak-anak dengan berbagai karunia khusus itu menyambut kami dengan mempersembahkan nyanyian dan tarian dengan penuh kegembiraan. Pada sesi makan siang, setiap peserta mendekati seorang anak untuk menyapa dan menyuapinya. Anak yang saya dekati adalah seorang anak tuli yang berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Sayang pembicaraan kami kurang lancar karena saya tidak mengerti bahasa tersebut. Akhirnya saya memutuskan untuk berkomunikasi dengannya melalui sentuhan dan bahasa tubuh. 
    
Saya membayangkan diri saya sebagai seorang tuli. Kondisi ini tentulah menyulitkan saya untuk berkomunikasi dengan orang lain dan mengetahui apa yang terjadi di sekitar saya. Pastilah tidak mudah menjalani hidup dalam kondisi seperti itu. Saya akan merasa terperangkap dalam sebuah selubung keheningan yang memisahkan saya dari orang lain.

Perikop hari ini mengisahkan seorang tuli dan gagap yang dibawa kepada Yesus dengan permohonan agar Tuhan Yesus berkenan menyembuhkan orang itu. Tuhan Yesus pun tergerak oleh belas kasihan. Ia memisahkan diri bersama orang tuli itu kemudian menyentuh telinga dan lidah orang itu, menengadah ke langit dan berkata kepadanya, “Efata!” Seketika itu juga orang tuli itu dapat mendengar dan berbicara dengan baik. Melalui mukjizat ini, Tuhan Yesus tidak hanya memulihkan pendengaran dan kemampuan orang itu untuk berbicara, namun juga membuka selubung yang selama ini melingkupi orang itu dan memisahkannya dari orang-orang di sekitarnya.   

Hal ini menyadarkan saya. Tuhan Yang Maha Pengasih telah menganugerahkan saya panca indera yang normal sehingga saya dapat mendengar dan berbicara dengan baik. Namun, tanpa saya sadari, saya hanya menjadi pendengar Sabda Tuhan, tetapi tidak mendengarkan dengan penuh perhatian kemudian melaksanakannya dalam keseharian saya. Saya pun seringkali tidak menggunakan lidah saya untuk mengucapkan kata-kata positif dan menguatkan orang lain. Saya menyia-nyiakan apa yang Tuhan sudah anugerahkan kepada saya dan tidak mempergunakannya sebagaimana mestinya. Bagaimana dengan Anda?  

Doa:
Ya Bapa yang penuh kasih, terima kasih atas tubuh jasmani yang telah Engkau anugerahkan kepada saya. Mohon bimbingan-Mu agar saya dapat mempergunakan seluruh panca indera saya dengan baik untuk melakukan berbagai karya sebagai sarana perwujudan kasih-Mu kepada sesama. Demi Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Upah Mengikuti Yesus

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia