(Renungan) Mari Menjadi Tidak Najis!
Mari Menjadi Tidak Najis!
(Taruna Lala)
Kalender Liturgi Rabu, 12 Februari 2025
Bacaan Pertama : Kej. 2:4b-9.15-17
Mazmur Tanggapan : Mzm. 1a.27-28.29bc-30
Bacaan Injil : Mrk. 7:14-23
Ketika saya berusia di bawah 12 tahun, orang di sekitar saya sering mengatakan najis. Najis saat melihat ada teman tidak cuci tangan sebelum makan, teman lawan jenis menyentuh tangannya, atau seekor anjing menyentuh dan menjilat kakinya. Banyak hal najis lainnya, terutama ketika seseorang menghidangkan dan makan daging babi. Saya tidak mengerti apa arti najis mengenai makanan. Karena lingkungan sekitar, maka saya biasanya segan, ragu dan menolak makan daging babi. Sejak menikah, perlahan tapi pasti, saya berubah. Saya tidak menolak lagi makan daging babi karena enak dan bergizi, juga karena beberapa ayat dalam Injil dan Kisah Para Rasul menguatkan, bahwa Tuhan yang memberikan makanan, maka itu baik adanya dan tidak menajiskan.
Perkataan Yesus hari ini merupakan bagian dari kritik Yesus terhadap orang-orang Yahudi yang lebih mengutamakan melakukan adat istiadat dibandingkan perintah Allah. Lebih mengutamakan hal-hal jasmani dibandingkan melihat lebih dalam lagi ke hal-hal rohani. Murid-murid-Nya yang merupakan orang Yahudi, juga tidak mengerti dan minta dijelaskan artinya. Yesus menjelaskan bahwa makanan akan diproses di perut dan tidak akan mempengaruhi hati atau pikiran orang, karena akhirnya yang tidak berguna (sisanya) akan dibuang ke jamban.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, najis berarti kotor yang menjadi penghalang seseorang beribadah kepada Allah; kotoran; jijik. Pengertian ini merujuk kepada hal-hal luar seperti yang dimengerti oleh orang-orang Yahudi pada zaman itu. Hal ini diluruskan oleh Yesus dengan menjelaskan bahwa apa yang keluar dari seseorang, yaitu dari hati dan pikirannya, itulah yang dapat menajiskannya. Yaitu bila timbul pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinaan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan. Inilah yang harus dibenahi dan dihilangkan.
Mari berusaha menjadi tidak najis! Melalui pengakuan dosa, membaca dan merenungkan Kitab Suci, berdoa, berbelas kasih dan melakukan tindakan dengan mengandalkan Yesus Sang Juru Selamat.
Doa:
Bapa, kami diingatkan oleh Putera-Mu untuk lebih mengutamakan perintah-Mu daripada adat istiadat, lebih mengutamakan hal rohaniah dibandingkan jasmaniah. Engkau yang begitu berbelas kasih kepada kami, maka mampukanlah kami juga berbelas kasih kepada sesama kami dan melaksanakan perintah-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.
(Taruna Lala)
“Tidak ada sesuatu pun dari luar seseorang, yang masuk ke dalam dirinya, dapat menajiskannya, melainkan hal-hal yang keluar dari dalam diri seseorang, itulah yang menajiskannya.”
(Mrk. 7:15)
Kalender Liturgi Rabu, 12 Februari 2025
Bacaan Pertama : Kej. 2:4b-9.15-17
Mazmur Tanggapan : Mzm. 1a.27-28.29bc-30
Bacaan Injil : Mrk. 7:14-23
Ketika saya berusia di bawah 12 tahun, orang di sekitar saya sering mengatakan najis. Najis saat melihat ada teman tidak cuci tangan sebelum makan, teman lawan jenis menyentuh tangannya, atau seekor anjing menyentuh dan menjilat kakinya. Banyak hal najis lainnya, terutama ketika seseorang menghidangkan dan makan daging babi. Saya tidak mengerti apa arti najis mengenai makanan. Karena lingkungan sekitar, maka saya biasanya segan, ragu dan menolak makan daging babi. Sejak menikah, perlahan tapi pasti, saya berubah. Saya tidak menolak lagi makan daging babi karena enak dan bergizi, juga karena beberapa ayat dalam Injil dan Kisah Para Rasul menguatkan, bahwa Tuhan yang memberikan makanan, maka itu baik adanya dan tidak menajiskan.
Perkataan Yesus hari ini merupakan bagian dari kritik Yesus terhadap orang-orang Yahudi yang lebih mengutamakan melakukan adat istiadat dibandingkan perintah Allah. Lebih mengutamakan hal-hal jasmani dibandingkan melihat lebih dalam lagi ke hal-hal rohani. Murid-murid-Nya yang merupakan orang Yahudi, juga tidak mengerti dan minta dijelaskan artinya. Yesus menjelaskan bahwa makanan akan diproses di perut dan tidak akan mempengaruhi hati atau pikiran orang, karena akhirnya yang tidak berguna (sisanya) akan dibuang ke jamban.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, najis berarti kotor yang menjadi penghalang seseorang beribadah kepada Allah; kotoran; jijik. Pengertian ini merujuk kepada hal-hal luar seperti yang dimengerti oleh orang-orang Yahudi pada zaman itu. Hal ini diluruskan oleh Yesus dengan menjelaskan bahwa apa yang keluar dari seseorang, yaitu dari hati dan pikirannya, itulah yang dapat menajiskannya. Yaitu bila timbul pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinaan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan. Inilah yang harus dibenahi dan dihilangkan.
Mari berusaha menjadi tidak najis! Melalui pengakuan dosa, membaca dan merenungkan Kitab Suci, berdoa, berbelas kasih dan melakukan tindakan dengan mengandalkan Yesus Sang Juru Selamat.
Doa:
Bapa, kami diingatkan oleh Putera-Mu untuk lebih mengutamakan perintah-Mu daripada adat istiadat, lebih mengutamakan hal rohaniah dibandingkan jasmaniah. Engkau yang begitu berbelas kasih kepada kami, maka mampukanlah kami juga berbelas kasih kepada sesama kami dan melaksanakan perintah-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Komentar
Posting Komentar