(Renungan) Pernikahan yang Memuliakan Tuhan
Pernikahan yang Memuliakan Tuhan
(Thomas Eko)
Kalender Liturgi Jumat, 28 Februari 2025
Bacaan Pertama : Sir. 6:5-17
Mazmur Tanggapan : Mzm. 119:12. 16. 18. 27. 34. 35
Bacaan Injil : Mrk. 10:1-12
Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Ayat ini selalu diperdengarkan dalam setiap pemberkatan pernikahan di gereja, yang mengingatkan kembali setiap pasangan suami istri yang hadir, akan janji keutuhan pernikahan.
Hakekat janji pernikahan itu disinggung kembali oleh Yesus ketika mendapat pertanyaan dari orang Farisi, bolehkah suami menceraikan istri? Mereka sengaja tidak menyebutkan alasan perceraian dalam pertanyaan itu, namun Yesus tahu, Ia dicobai dengan pertanyaan itu.
Yesus menjawab dengan menceritakan tentang kehendak Allah atas laki-laki dan perempuan sejak awal dunia. Yesus mengingatkan kembali akan bacaan dari Kitab Kejadian, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Dan Tuhan Yesus pun menambahkan dan menekankan dengan pernyataan-Nya, “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
Namun celakanya perceraian menjadi suatu hal yang lumrah dalam dunia saat ini. Hak kebebasan individual yang sangat dijunjung tinggi, membuat manusia jatuh pada egosentris diri. Persoalan dan permasalahan yang menimbulkan pertengkaran dalam rumah tangga, dapat menjadi alasan seseorang menceraikan pasangannya.
Firman-Nya dalam bacaan injil hari ini, mengajak saya untuk mengenang kembali bagaimana saya dan istri dipertemukan hingga dipersatukan Tuhan dalam sakramen pernikahan, dihadapan altar-Nya. Tuhan Yesus mengingatkan saya, supaya bertahan dalam menghadapi godaan, yang bagai kerikil dan batu tajam, dalam menjalani kehidupan pernikahan. Menyingkirkan segala keegoisan diri seperti hawa nafsu dan keinginan harta duniawi.
Hari ini kita semua diajak untuk merenungkan apakah kita mau dan sanggup sungguh mengikuti Yesus dan melakukan ajaran-Nya, untuk mengasihi pasangan kita demi kemuliaan dan kehendak Allah, atau sebaliknya demi kemuliaan atau kehendak egoisme diri pribadi?
Doa:
Ya Bapa, semoga kami selalu Engkau kuatkan untuk mengasihi pasangan kami, dalam untung dan malang, dalam senang dan duka. Seperti kasih setia-Mu kepada kami umat-Mu, mempelai-Mu. Segalanya dalam hidup ini hanya demi kemuliaan nama-Mu. Kemuliaan kepada Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin.
(Thomas Eko)
“Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia"
(Mrk. 10:9)
Kalender Liturgi Jumat, 28 Februari 2025
Bacaan Pertama : Sir. 6:5-17
Mazmur Tanggapan : Mzm. 119:12. 16. 18. 27. 34. 35
Bacaan Injil : Mrk. 10:1-12
Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Ayat ini selalu diperdengarkan dalam setiap pemberkatan pernikahan di gereja, yang mengingatkan kembali setiap pasangan suami istri yang hadir, akan janji keutuhan pernikahan.
Hakekat janji pernikahan itu disinggung kembali oleh Yesus ketika mendapat pertanyaan dari orang Farisi, bolehkah suami menceraikan istri? Mereka sengaja tidak menyebutkan alasan perceraian dalam pertanyaan itu, namun Yesus tahu, Ia dicobai dengan pertanyaan itu.
Yesus menjawab dengan menceritakan tentang kehendak Allah atas laki-laki dan perempuan sejak awal dunia. Yesus mengingatkan kembali akan bacaan dari Kitab Kejadian, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Dan Tuhan Yesus pun menambahkan dan menekankan dengan pernyataan-Nya, “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
Namun celakanya perceraian menjadi suatu hal yang lumrah dalam dunia saat ini. Hak kebebasan individual yang sangat dijunjung tinggi, membuat manusia jatuh pada egosentris diri. Persoalan dan permasalahan yang menimbulkan pertengkaran dalam rumah tangga, dapat menjadi alasan seseorang menceraikan pasangannya.
Firman-Nya dalam bacaan injil hari ini, mengajak saya untuk mengenang kembali bagaimana saya dan istri dipertemukan hingga dipersatukan Tuhan dalam sakramen pernikahan, dihadapan altar-Nya. Tuhan Yesus mengingatkan saya, supaya bertahan dalam menghadapi godaan, yang bagai kerikil dan batu tajam, dalam menjalani kehidupan pernikahan. Menyingkirkan segala keegoisan diri seperti hawa nafsu dan keinginan harta duniawi.
Hari ini kita semua diajak untuk merenungkan apakah kita mau dan sanggup sungguh mengikuti Yesus dan melakukan ajaran-Nya, untuk mengasihi pasangan kita demi kemuliaan dan kehendak Allah, atau sebaliknya demi kemuliaan atau kehendak egoisme diri pribadi?
Doa:
Ya Bapa, semoga kami selalu Engkau kuatkan untuk mengasihi pasangan kami, dalam untung dan malang, dalam senang dan duka. Seperti kasih setia-Mu kepada kami umat-Mu, mempelai-Mu. Segalanya dalam hidup ini hanya demi kemuliaan nama-Mu. Kemuliaan kepada Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin.
Komentar
Posting Komentar