(Renungan) Siapakah Aku Ini?
Siapakah Aku Ini?
(Agung)
Kalender Liturgi Kamis, 20 Februari 2025
Bacaan Pertama : Kej. 9:1-13
Mazmur Tanggapan : Mzm. 102:16-18. 19-21. 22-23
Bacaan Injil : Mrk. 8:27-33
Selepas memasuki purnatugas Aparatur Sipil Negara, saya mencoba city tour naik Transjakarta. Saat bus berhenti di halte, kondektur minta saya untuk memberikan tempat duduk kepada seorang bapak tua. Dengan agak terpengarah saya pun memberikan kursi itu kepada si bapak. Saya tidak berniat memberitahu kondektur bahwa saya juga seorang kakek berusia 59 tahun. Kejadian ini saya alami beberapa kali saat naik Transjakarta. Sampai suatu saat, ada anak muda yang memberikan kursinya kepada saya. Mungkin dia melihat alis mata saya sudah ada yang memutih. Saya tersenyum dalam hati, akhirnya ada orang yang memahami kondisi usia saya.
Ketika Yesus bertanya kepada murid-Nya tentang siapakah diri-Nya di mata orang banyak, mereka menjawab bahwa Dia adalah seorang nabi besar, Yohanes Pemandi, atau Elia. Ketika hal yang sama ditanyakan kepada murid-Nya, Petrus menjawab bahwa Dia adalah Mesias. Atas jawaban ini Yesus meminta mereka untuk tidak menyebarluaskan jati diri-Nya kepada siapa pun.
Bagi Yesus, pengakuan murid-murid-Nya, menyadarkan bahwa mereka belum kenal siapakah Yesus sesungguhnya. Mesias bagi mereka adalah seorang raja keturunan Daud yang akan membebaskan bangsa Israel dari penindasan musuh. Sebaliknya Yesus ingin menyatakan bahwa Ia adalah Mesias yang diutus Allah untuk membuka jalan keselamatan. Pengertian inilah yang mulai ditanamkan secara perlahan kepada para murid dengan menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia yang akan menderita, ditolak, dibunuh lalu bangkit pada hari ketiga dan dimuliakan.
Pengakuan Petrus tentang Yesus sesungguhnya juga menggambarkan pandangan kita kepada Yesus yang terkadang sebatas menurut pikiran dan keinginan kita. Akibatnya kita kurang memahami kehadiran Yesus. Untuk memahami siapakah Yesus, kita harus melibatkan diri secara aktif sebagai murid-Nya, rela menderita, menghadapi penolakan, mau menyangkal diri, memikul salib setiap hari bahkan sampai kehilangan nyawa sendiri. Dari situlah kita akan mengambil bagian dalam kemenangan Yesus, dalam kebangkitan dan kemuliaan.
(Agung)
Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke desa-desa di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia berkata kepada murid- murid-Nya, “Kata orang, siapakah Aku ini?“
(Mrk. 8:27)
Kalender Liturgi Kamis, 20 Februari 2025
Bacaan Pertama : Kej. 9:1-13
Mazmur Tanggapan : Mzm. 102:16-18. 19-21. 22-23
Bacaan Injil : Mrk. 8:27-33
Selepas memasuki purnatugas Aparatur Sipil Negara, saya mencoba city tour naik Transjakarta. Saat bus berhenti di halte, kondektur minta saya untuk memberikan tempat duduk kepada seorang bapak tua. Dengan agak terpengarah saya pun memberikan kursi itu kepada si bapak. Saya tidak berniat memberitahu kondektur bahwa saya juga seorang kakek berusia 59 tahun. Kejadian ini saya alami beberapa kali saat naik Transjakarta. Sampai suatu saat, ada anak muda yang memberikan kursinya kepada saya. Mungkin dia melihat alis mata saya sudah ada yang memutih. Saya tersenyum dalam hati, akhirnya ada orang yang memahami kondisi usia saya.
Ketika Yesus bertanya kepada murid-Nya tentang siapakah diri-Nya di mata orang banyak, mereka menjawab bahwa Dia adalah seorang nabi besar, Yohanes Pemandi, atau Elia. Ketika hal yang sama ditanyakan kepada murid-Nya, Petrus menjawab bahwa Dia adalah Mesias. Atas jawaban ini Yesus meminta mereka untuk tidak menyebarluaskan jati diri-Nya kepada siapa pun.
Bagi Yesus, pengakuan murid-murid-Nya, menyadarkan bahwa mereka belum kenal siapakah Yesus sesungguhnya. Mesias bagi mereka adalah seorang raja keturunan Daud yang akan membebaskan bangsa Israel dari penindasan musuh. Sebaliknya Yesus ingin menyatakan bahwa Ia adalah Mesias yang diutus Allah untuk membuka jalan keselamatan. Pengertian inilah yang mulai ditanamkan secara perlahan kepada para murid dengan menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia yang akan menderita, ditolak, dibunuh lalu bangkit pada hari ketiga dan dimuliakan.
Pengakuan Petrus tentang Yesus sesungguhnya juga menggambarkan pandangan kita kepada Yesus yang terkadang sebatas menurut pikiran dan keinginan kita. Akibatnya kita kurang memahami kehadiran Yesus. Untuk memahami siapakah Yesus, kita harus melibatkan diri secara aktif sebagai murid-Nya, rela menderita, menghadapi penolakan, mau menyangkal diri, memikul salib setiap hari bahkan sampai kehilangan nyawa sendiri. Dari situlah kita akan mengambil bagian dalam kemenangan Yesus, dalam kebangkitan dan kemuliaan.
Saudaraku terkasih, mari kita lebih rendah hati untuk menjawab pertanyaan Yesus kepada kita, “Siapakah Aku ini?”
Doa:
Bapa Yang Maha Rahim, mampukanlah aku untuk rendah hati agar dapat mengikuti Putera-Mu untuk memikul salib, menyangkal diri, dan mengambil bagian dalam kemenangan Kristus dalam kebangkitan dan kemuliaan. Amin.
Doa:
Bapa Yang Maha Rahim, mampukanlah aku untuk rendah hati agar dapat mengikuti Putera-Mu untuk memikul salib, menyangkal diri, dan mengambil bagian dalam kemenangan Kristus dalam kebangkitan dan kemuliaan. Amin.

 
 
 
Komentar
Posting Komentar