(Renungan) Adakah yang Baik dari Nazareth?

Adakah yang Baik dari Nazareth?
(Isye Iriani)

Kata-Nya lagi, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Tidak ada nabi yang diterima di kampung halamannya."
(Luk. 4:24)

Kalender Liturgi Senin, 24 Maret 2025
Bacaan Pertama : 2Raj. 5:1-15a
Mazmur Tanggapan : Mzm. 42:2. 3; 43:3. 4
Bacaan Injil : Luk. 4:24-30

Bacaan Injil hari ini mengajarkan dua hal penting. Kesombongan yang menjadi penghalang untuk menerima mukjizat Tuhan dan keselamatan Allah yang terbuka bagi semua orang percaya. Nyatanya Yesus ditolak di Nazaret. Ketidakpercayaan terhadap Yesus juga sempat dinyatakan oleh Natanael. Dia berkata, "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (Yoh. 1:46). Namun, Natanael akhirnya mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah. 

Seorang teman bercerita, ia pernah mendapat tugas tata tertib di gereja. Saat itu masuklah rombongan satu keluarga. Mereka kelihatan lusuh, datang dengan peluh bercucuran. Teman saya mempersilahkan mereka duduk di bangku panjang yang sudah terisi sepasang suami istri. Pasangan suami istri ini kemudian pindah tempat duduk, menghindari mereka. Teman saya dalam hati juga curiga dan terus mengawasi sepanjang Misa. Setelah Misa selesai, teman saya  bercakap-cakap dengan sang ayah. Ternyata mereka datang dari desa yang cukup jauh. Berjalan kaki dari rumah menuju stasiun, kemudian naik bis, berhenti di halte dekat  gereja, lalu berjalan hingga tiba di gereja. Perjuangan luar biasa demi bertemu dengan Sang Gusti Allah. Teman saya serasa ditampar, malu serta menyesal dengan ‘’penghakiman’’ yang sempat diberikan pada keluarga itu.

Kecenderungan kita menilai yang kelihatan, ditambah dengan kesombongan dan ketidaktaatan menjadi penghalang untuk menerima rahmat Tuhan. Kita tidak terlatih untuk mindful (sadar penuh pada momen saat ini) tanpa menghakimi orang lain. Keadaan tidak mindful pada tingkat selanjutnya bisa membuat kita mempertanyakan Tuhan. Joyce Myer dalam bukunya “The Battlefield of Mind” mengingatkan, hati-hati jika  mulai “meragukan” Tuhan dengan  bertanya: ‘’Kenapa dan kenapa?’’ “Sebab, semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup, tidak berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (1Yoh. 2:16).
 
Janda Sarfat dan Naaman mempunyai satu kesamaan. Mereka percaya dan taat, maka mereka menerima rahmat dan mukjizat Tuhan. Mari percaya dan belajar taat dengan mengusahakan hubungan yang lebih intim dengan Tuhan!

Doa:
Tuhan, mampukan aku untuk tidak mencari kesukaan manusia, melainkan kesukaan-Mu. Mampukan aku lebih mau berkenan pada-Mu ketimbang pada manusia. Karena dari-Mu lah aku akan menerima bagian yang ditentukan bagiku sebagai upah. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Upah Mengikuti Yesus

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia