(Renungan) Bisakah Orang Kaya Masuk Surga?

Bisakah Orang Kaya Masuk Surga?
(Is Susetyaningtyas) 


Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
(Mrk. 10:25)


Kalender Liturgi Senin, 3 Maret 2025
Bacaan Pertama : Sir. 17:24-29
Mazmur Tanggapan : Mzm. 32:1-2. 5. 6. 7
Bacaan Injil : Mrk. 10:17-27


Perikop ini adalah sambungan kisah pemberkatan anak-anak kecil yang dikatakan Yesus sebagai contoh menyambut Kerajaan Allah (Mrk. 10:14-15). Bertolak belakang dengan kisah sebelumnya yang tenang. Cerita ini cukup dramatis dengan adanya seorang dewasa yang datang berlari-lari, sujud menyembah, dan memuji Yesus, kemudian menanyakan kunci untuk hidup yang kekal. Tanya jawab pun terjadi di antara mereka berdua, hingga memuncak pada kesimpulan dari pembicaraan yang dikemukakan Yesus; yang tidak hanya membuat orang itu sedih, tapi juga membuat para murid tercengang dan bertanya-tanya: siapa yang dapat diselamatkan? 

Banyak hal kontras yang bisa ditemukan dalam perikop ini: antara anak kecil yang hanya mempunyai kepolosan versus orang dewasa dengan segala kekayaannya, antara kebaikan sesuai hukum Taurat versus jalan konkret mewujudkan panggilan sebagai murid Yesus, antara binatang unta yang sangat besar versus lubang jarum yang sangat kecil. Semuanya seolah-olah mustahil.

Tetapi betulkah seorang kaya tidak mungkin masuk ke dalam Kerajaan Allah? Kita cermati pada ayat 21 disebutkan bahwa Yesus mengasihi orang itu, dan mengatakan hanya satu kekurangannya, yaitu ketidaksiapan untuk menyangkal diri yang seharusnya menjadi ciri khas setiap pengikut Yesus. Seandainya saja orang itu memupus rasa lekat pada hartanya, dan menggunakan harta itu untuk mencintai Allah dengan berbelarasa, serta membantu orang lain yang berkekurangan dan menderita, niscaya Allah akan berkenan dan menganugerahkan surga kepadanya.  

Sesungguhnya, memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan tidak perlu menunggu sampai menjadi kaya. Sekecil apa pun harta, waktu, atau perhatian, bila diberikan dengan ketulusan akan sangat berarti. Meski kondisiku jauh dari orang kaya dalam perikop itu, tapi pengalaman memberi sering membuatku takjub sendiri. Bagaimana tidak, hanya dengan uang sepuluh ribu rupiah kepada penjaga toilet atau pengamen, sudah bisa membuat seseorang sedemikian memuji Allah. Kiranya kita selalu ingat bahwa dalam setiap rejeki yang kita terima dari Tuhan, terkandung juga rejeki orang-orang lain. 

Semoga kita dimampukan untuk selalu membuat kebaikan-kebaikan kecil semacam itu. 

Doa:
Yesus Tuhanku, mengikuti Engkau tidaklah cukup dengan hidup baik dengan tidak membunuh, tidak berzina, tidak mencuri, tidak memberi kesaksian palsu, tidak menipu orang, dan menghormati orang tua kami, tetapi juga melepaskan segala sesuatu dan mengosongkan hati kami untuk dipenuhi oleh kehadiran-Mu. Meski kami sering terjatuh dan tidak berdaya, namun dalam ketidakmampuan kami mengikuti jalan-Mu, Engkau tetap mengasihi kami. Engkaulah persembunyian bagi kami, penjaga kami, hingga kami terluput dari kesesakan. Semoga kami selalu mempercayakan diri kepada-Mu, karena hanya di dalam Engkaulah keselamatan kami. Terpujilah Engkau atas segala kebaikan-Mu. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Disposisi Hati

(Renungan) Api Penyucian