(Renungan) Hendaknya Kamu Sempurna

Hendaknya Kamu Sempurna
(Carla Claresta)


“Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna.”
(Mat. 5:48)


Kalender Liturgi Sabtu, 15 Maret 2025
Bacaan  Pertama : Ul 26:16-19
Mazmur Tanggapan : Mzm. 119:1-2. 4-5. 7-8
Bacaan Injil : Mat. 5:43-48


Siang itu aku kedatangan seorang teman. Dengan berurai air mata ia bercerita bahwa kedua anaknya bertengkar, hingga sang kakak memukul adiknya. Sepanjang hidup hingga masa kuliah, keduanya nyaris tidak pernah bertengkar, mereka saling mendukung. Sejak kecil diajarkan untuk saling memaafkan bila terlibat pertengkaran. Hingga kejadian siang itu, bertengkar hebat hanya karena masalah sepele. Hingga kini mereka tidak bertegur sapa. Aku bukan manusia sempurna seperti Yesus, demikian ujar salah satu anaknya saat temanku menasehatinya. Saudara adalah juga sesama. Kadang kita lebih sabar dan maklum, serta takut kehilangan teman daripada keluarga. 

Saat kotbah di bukit, Yesus memberi perintah: Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Suatu hal yang sulit diterima akal sehat, terlebih untuk dilakukan. Dalam permusuhan hampir selalu ada kebencian, sakit hati, hingga balas dendam. Bagaimana manusia bisa mengasihi, bila bertemu bahkan melihat wajah si musuh pun tidak sudi? Saat ini, kerap kita mendengar permusuhan sesama saudara kandung, bahkan kebencian antara anak dengan orang tua. 

Apa yang diperintahkan Yesus sehubungan dengan permusuhan? Yesus menuntut para pengikut-Nya tidak hanya mencintai anggota dari kelompok bangsa atau agamanya saja (Im. 19:18), tetapi juga musuh-musuhnya. Di sinilah letak perbedaan murid-murid Yesus dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Mereka hanya mengasihi orang-orang yang telah mengasihi mereka, tetapi Yesus mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada musuh. Selain dengan tindakan, mengasihi musuh juga dilakukan dengan hati; yaitu berdoa bagi orang-orang yang telah membuat kita terluka, bersedih, marah, dan menderita. Hanya Bapa di surga yang mengetahui bahwa kita mendoakan mereka. 

Seperti Bapa yang telah memberikan hujan dan matahari bagi orang baik dan orang jahat. Sebagai anak Allah kita harus melakukan tindakan yang telah dilakukan-Nya, yaitu mengasihi sesama. Yesus pun telah mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dan menyelamatkan orang-orang berdosa. Sikap dan tindakan kita kepada sesama hendaknya mencerminkan kasih Bapa kepada manusia, hingga kita sempurna, sama seperti Bapa sempurna. 
 
Doa:
Allah sumber kasih dan kebijaksanaan, bimbing aku untuk selalu mengasihi keluargaku, penuh maaf dan mendoakan mereka. Jangan biarkan aku jatuh kedalam pencobaan. Amin.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Disposisi Hati

(Renungan) Api Penyucian