(Renungan) Hidup Sempurna

Hidup Sempurna
(Veronica Sri Sudarsini)


Namun, Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang mencaci maki saudaranya harus dihadapkan ke Mahkamah Agama, dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
(Mat. 5: 22)


Kalender Liturgi Jumat, 14 Maret 2025
Bacaan Pertama : Yeh. 18:21-28
Mazmur Tanggapan : Mzm. 130:1-2. 3-4ab. 4c-6. 7-8
Bacaan Injil : Mat. 5:20-26


Sabda Tuhan hari ini menegaskan bahwa para murid dalam menjalani hidup keagamaan harus lebih benar daripada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Hal itu sebagai wujud nyata dari pengajaran Tuhan Yesus pada perikop sebelumnya tentang garam dan terang dunia. Sebagai garam dan terang dunia artinya menjalani kehidupan dengan benar, sesuai sabda Tuhan dan menjadi contoh bagi orang lain.

Mengapa Tuhan Yesus meminta hal itu? Karena ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menjalani hidup keagamaannya secara harafiah mengikuti hukum Taurat, namun kurang sesuai dengan kehendak Allah dalam menghadirkan kerajaan surga di atas bumi. Mereka rajin mempelajari hukum Taurat, tetapi melakukannya dengan sikap dan cara yang salah berdasarkan interpretasi hukum Taurat yang lahiriah. 

Tuhan Yesus datang untuk menggenapi, bukan membatalkan hukum Taurat. Contoh dalam firman kelima dari sepuluh firman, “Jangan membunuh” dan segala hukumannya, digenapi dengan tidak memarahi dan mencaci maki serta mengatakan jahil yang berarti bodoh.

Menyimpan rasa marah kepada saudaranya, itu pun harus diserahkan kepada pengadilan. Karena dari kemarahan bisa muncul pembunuhan. Sabda ini sungguh mengingatkan kita, bahwa amarah harus dikendalikan. Karena dengan mengumbar kemarahan membuat hidup kita tidak sempurna dan tidak bisa berjumpa dengan Tuhan yang sempurna.

Ada seorang teman yang suaminya mengalami patah tulang di antara jari manis dan jari kelingking dalam pertengkaran dengan pasangannya. Teman merupakan seorang isteri yang pembersih, teratur dan perawat keluarga. Sementara suaminya agak cuek. Dalam kondisi yang kurang istirahat, merasa kurang diperhatikan dan dalam keadaan saling marah, sang isteri menarik kelingking suami dan setelah rontgen ternyata patah sehingga harus digips. Kejadian ini menjadi peringatan buat pasangan itu, bahwa marah harus dikendalikan. 

Bagaimana kondisi hati kita saat ini? Apabila ada rasa marah, mohonlah bimbingan Roh Kudus agar dimampukan untuk mengendalikan amarah dan berdamai!

Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih atas sabda-Mu hari ini yang mengingatkan kami, agar mampu menjaga kedamaian hati, hidup sempurna di hadirat-Mu. Kami mohon rahmat-Mu agar Kau memampukan kami mengendalikan kemarahan. Amin. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Disposisi Hati

(Renungan) Api Penyucian