(Renungan) Kasih tidak Sekedar Kata Manis

Kasih tidak Sekedar Kata Manis
(July Tikilie)


Ia akan menjawab kepada mereka: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Orang-orang ini akan masuk ke tempat hukuman yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”
(Mat. 25:45-46)


Kalender Liturgi Senin, 10 Maret 2025
Bacaan Pertama : Im. 19:1-2. 11-18
Mazmur Tanggapan : Mzm. 19:8. 9. 10. 15
Bacaan Injil : Mat. 25:31-46


Bacaan Injil hari ini menggambarkan penghakiman terakhir, di mana Yesus sebagai hakim akan memisahkan orang-orang seperti gembala yang memisahkan domba dari kambing. 

Pada ayat-ayat ini, Yesus menjelaskan bahwa orang-orang akan dihakimi berdasarkan perbuatan mereka terhadap sesama, terutama terhadap mereka yang lemah dan membutuhkan. Mereka yang melakukan perbuatan baik terhadap orang lain dianggap seperti domba dan akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Di sisi lain, mereka yang mengabaikan atau tidak membantu orang-orang yang membutuhkan dianggap seperti kambing dan akan dihukum ke dalam api yang kekal.

Yesus menekankan pentingnya kasih, belas kasihan, dan pelayanan kepada sesama sebagai tindakan konkret dan bentuk nyata dari kasih Allah. Ia mengajarkan bahwa memberi makan orang lapar, memberi minum kepada yang haus, menyambut orang asing, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, menjenguk orang sakit, dan mengunjungi orang yang dipenjarakan adalah tindakan konkret yang mencerminkan kasih. Bagi Yesus, percaya kepada-Nya saja tidak cukup untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Yesus menuntut lebih. Yesus ingin agar kabar sukacita yang kita dengar dan pahami dengan sangat baik, kita terapkan dalam hidup sehari-hari. 

Yesus tidak mau kita hanya pandai berbicara tentang kasih, namun saat ada teman, sahabat dan keluarga yang mengalami kesulitan meminta bantuan, kita justru mengabaikan mereka, menjauh, atau bahkan mencemooh. 

Bagi Yesus, kasih tak sekadar kata-kata manis. Kasih harus dibuktikan dalam tindakan nyata sehari-hari. Dengan berbuat baik kepada sesama, sebenarnya kita melayani dan mengasihi Kristus sendiri. Kasih, perhatian dan bantuan tidak seharusnya ditujukan kepada orang yang dapat membalas kebaikan kita, orang yang selalu mengikuti keinginan kita dan selalu menyenangkan hati kita. Tapi justru kepada mereka yang paling hina, yang tidak dapat membalas, dan yang paling membutuhkan pertolongan. 

Perbuatan baik hendaknya dilakukan dengan ketulusan dan kerendahan hati, serta tidak bermotivasikan keuntungan atau kemuliaan diri. 

Suatu hari, seorang anggota Legio Maria melihat seorang ibu yang sudah tua kesulitan membawa barang belanjaannya. Tanpa ragu, ia membantunya. Tindakan kecil ini membawa kebahagiaan besar bagi sang ibu. 

Doa:
Allah, Bapa Maha Kasih, kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Disposisi Hati

(Renungan) Api Penyucian