(Renungan) Allah yang Berbela Rasa

Allah yang Berbela Rasa 
(Francisca Kurniawati) 

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai dalam segala hal, hanya saja Ia tidak berbuat dosa.
(Ibr. 4:15)

Kalender Liturgi Jumat, 18 April 2025
Hari Jumat Agung
Bacaan Pertama : Yes. 52:13-53:12
Mazmur Tanggapan : Mzm. 31:2. 6. 12-13. 15-16. 17. 25
Bacaan Kedua : Ibr. 4:14-16; 5:7-9
Bacaan Injil : Yoh. 18:1-19:42

Tema APP KAJ tahun 2025 adalah “Kepedulian Lebih kepada Saudara yang Lemah dan Miskin.” Kita diajak untuk melakukan tindakan transformatif sebagai bentuk bela rasa agar saudara kita yang lemah dan miskin dapat meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih sejahtera. 

Lingkungan saya sudah melakukan hal ini beberapa tahun sebelumnya melalui program Ayo Sekolah Ayo Kuliah (ASAK). Setiap bulan, umat lingkungan diharapkan menyumbang minimal Rp. 10.000,-/keluarga untuk membantu warga lingkungan yang memerlukan biaya sekolah. Dari kegiatan ini kami bisa minimal membantu satu anak untuk bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, agar kelak bisa mandiri dan membantu perekonomian keluarga.

Di tahun 2025 ini, selain program ASAK yang sudah berjalan, kami akan berkomitmen untuk membantu iuran BPJS bagi warga yang kurang mampu, dan juga membantu permodalan seorang warga yang membuka warung kecil di depan rumahnya. Selain membantu dalam hal keuangan, kami juga berkomitmen untuk melakukan kunjungan rumah kepada lansia yang tinggal sendirian. Kami akan melakukan kunjungan secara bergantian agar lansia tersebut merasa terhibur. Saya membayangkan betapa indahnya jika kegiatan ini sungguh-sungguh bisa dilaksanakan oleh semua lingkungan di paroki saya yang berjumlah 68 lingkungan. Pasti banyak saudara-saudara kita yang terbantu, dan hidupnya menjadi lebih berarti dan sejahtera.  

Mengapa kita harus berbela-rasa kepada sesama kita? Karena Allah sudah terlebih dahulu berbela rasa kepada kita manusia. Tuhan Yesus, Imam Agung kita yang adalah Allah, tetapi tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya, Ia turun ke dunia, merendahkan diri-Nya serupa hamba bahkan sampai wafat di salib. Imam Agung kita benar-benar Imam Agung yang sungguh-sungguh merasakan penderitaan dan kelemahan kita manusia. 

Sanggupkah kita membuka mata hati kita lebar-lebar untuk melihat penderitaan sesama di sekitar kita? Bisakah kita melihat Kristus dalam diri sesama kita yang menderita seperti Imam Agung kita, dan dengan berani menghampiri takhta kemuliaan Allah untuk memperoleh rahmat keselamatan?

Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau sudah mau berbela-rasa kepada kami yang mendatangkan keselamatan bagi kami. Semoga kami tidak takut untuk menolong sesama yang menderita dan membutuhkan pertolongan kami. Amin.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Upah Mengikuti Yesus

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia