(Renungan) Dilepaskan dari Penjara
Dilepaskan dari Penjara
(FD. Henny Dwi Widyasari)
Kalender Liturgi Rabu, 30 April 2025
Bacaan Pertama : Kis. 5:17-26
Mazmur Tanggapan : Mzm. 34:2-3. 4-5. 6-7. 8-9
Bacaan Injil : Yoh. 3:16-21
Saya tertegun melihat instagram story dan foto dihadapanku, “Loh koq mereka bisa sedekat itu?” ”Enak ya, mereka bisa pergi dan bersenang-senang bersama,” gumamku dalam hati ketika sedang melihat “FYP” (For Your Page) media sosialku. “Yah, aku nggak diajak, ditanya saja tidak,” tawaku dalam hati.
Seperti melanjutkan dengan konfirmasi diri sendiri, dalam hati aku bicara, “Ternyata mereka tidak suka aku, ternyata kami memang tidak sedekat itu.” Lalu ada suara lagi dalam hati, “Hey, kalau diajak pun kamu sering tidak bisa kan? Sudahlah, apakah kamu juga akan merasa senang ketika kamu pergi bersama namun begitu banyak yang kamu harus korbankan? Bukankah katamu kamu mencintai apa yang kamu miliki saat ini? Kebebasan waktu bersama keluarga, leyeh-leyeh sebelum mandi sampai siang tanpa diburu waktu pertemuan, dan banyak hal yang dapat kamu nikmati di lain sisi.” Aku tersentak dan kembali mengucap syukur, mohon ampun dan belas kasihan Tuhan atas perasaan “iri” yang kurasakan sejenak tadi. Segera kuberikan tanda hati sebagai bentuk aku turut menyukai kebersamaan mereka dan berdoa agar mereka selalu memiliki rasa sukacita di hati.
(FD. Henny Dwi Widyasari)
Lalu mulailah imam besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari aliran Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati.
(Kis. 5:17)
Bacaan Pertama : Kis. 5:17-26
Mazmur Tanggapan : Mzm. 34:2-3. 4-5. 6-7. 8-9
Bacaan Injil : Yoh. 3:16-21
Saya tertegun melihat instagram story dan foto dihadapanku, “Loh koq mereka bisa sedekat itu?” ”Enak ya, mereka bisa pergi dan bersenang-senang bersama,” gumamku dalam hati ketika sedang melihat “FYP” (For Your Page) media sosialku. “Yah, aku nggak diajak, ditanya saja tidak,” tawaku dalam hati.
Seperti melanjutkan dengan konfirmasi diri sendiri, dalam hati aku bicara, “Ternyata mereka tidak suka aku, ternyata kami memang tidak sedekat itu.” Lalu ada suara lagi dalam hati, “Hey, kalau diajak pun kamu sering tidak bisa kan? Sudahlah, apakah kamu juga akan merasa senang ketika kamu pergi bersama namun begitu banyak yang kamu harus korbankan? Bukankah katamu kamu mencintai apa yang kamu miliki saat ini? Kebebasan waktu bersama keluarga, leyeh-leyeh sebelum mandi sampai siang tanpa diburu waktu pertemuan, dan banyak hal yang dapat kamu nikmati di lain sisi.” Aku tersentak dan kembali mengucap syukur, mohon ampun dan belas kasihan Tuhan atas perasaan “iri” yang kurasakan sejenak tadi. Segera kuberikan tanda hati sebagai bentuk aku turut menyukai kebersamaan mereka dan berdoa agar mereka selalu memiliki rasa sukacita di hati.
Bacaan pertama kali ini membawa para rasul yang karena iri hati dijebloskan ke dalam penjara, namun dengan perkenanan Tuhan melalui seorang malaikat, mereka dibawa keluar dari penjara. Benarlah kurasakan, bahwa iri hati ”memenjarakan” kita dari rasa syukur dan merasa terbelenggu dengan perasaan tidak mampu atau rendah diri, tersisihkan. Ya, seperti dipenjara kan?
Namun karena begitu besar kasih Tuhanlah (bdk. Yoh. 3:16a) aku ada pada hari ini, dengan segala kenikmatan yang boleh aku kecap semua karena anugerah Tuhan. Saat sekejap tadi ketika aku merasa ”gelap”, Tuhan menunjukkan aku segala kebaikan-Nya. Sehingga menjadi “terang” bagiku dan belenggu dosa ‘iri hati” harus dikalahkan, dan diganti dengan hati yang terus diisi dengan kasih, sehingga mampu mewartakan kabar sukacita Tuhan di mana pun aku berada. Semoga kita pun semua dibebaskan Tuhan dari penjara belenggu dosa dan terbebaskan seperti para rasul.
Doa:
Tuhan, terima kasih Engkau menolongku bebas dari belenggu iri hati. Aku mau terus datang kepada-Mu agar Engkau terangi hatiku selalu, ya Tuhan dan belas kasihan-Mu selalu ada untukku. Mampukanku menjadi saksi-Mu yang mewartakan kabar sukacita imanku kepada-Mu di mana pun aku berada. Amin.
Komentar
Posting Komentar