(Renungan) Nasib Kekal
Nasib Kekal
(Patricia B.Y.)
(Patricia B.Y.)
Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada anak manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.
(Kis. 4:12)
Kalender Liturgi Jumat, 25 April 2025
Bacaan Pertama : Kis. 4:1-12
Mazmur Tanggapan : Mzm. 118:1-2. 4. 22-24. 25-27a
Bacaan Injil : Yoh. 21:1-14
Bacaan Pertama : Kis. 4:1-12
Mazmur Tanggapan : Mzm. 118:1-2. 4. 22-24. 25-27a
Bacaan Injil : Yoh. 21:1-14
Yao Ming, pebasket pria legendaris asal Tiongkok, tampan dan jangkung. Tinggi badannya mencapai 229 cm. Bagi penggemar olah raga basket, siapa yang tidak mengenalnya? Yao memperkuat tim nasional basket Tiongkok dalam tiga olimpiade dan mendapat kehormatan membawa obor olimpiade tahun 2008 di Beijing. Yao masuk dalam delapan daftar pemain All Star, dalam delapan musim NBA, serta terpilih dalam All-NBA team (pemain terbaik) selama lima kali. Yao dibesarkan oleh kedua orang tuanya yang juga pebasket profesional. Ketika berusia 13 tahun, Yao kecil sudah menghabiskan rata-rata 10 jam sehari untuk berlatih basket dalam timnya. Sederet prestasi dan gelar diraihnya. Yao sudah tahu tujuan hidupnya sejak dia kecil.
Bagaimana dengan kita? Apakah sedari kecil kita sudah tahu apa tujuan hidup kita? Apa saja usaha yang sudah kita lakukan untuk meraih tujuan tersebut?
Sebagai umat beriman, kita mempunyai tujuan yang sama, yaitu hidup kekal bersama Bapa di surga. Untuk nasib kekal, kita harus tahu pasti bagaimana cara meraihnya. Tidak boleh tebak-tebak. Kita butuh orang yang paham tentang surga, yang memberi tahu kita syarat dan cara meraihnya. Orang yang tahu hal tersebut tentu orang yang datang dari surga, yaitu Yesus Kristus, bukan sembarang orang. Tentunya hadiah surga bukan karena usaha kita semata, namun tidak terlepas karena kasih karunia-Nya juga.
Yesus turun ke dunia karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia. Hanya Dia satu-satunya manusia di bumi yang tahu tentang surga. Dia adalah pemberian Allah bagi kita, yang menuntun ke arah tujuan hidup kita. Dalam hidupnya bersama para rasul di tengah-tengah umat-Nya, Yesus selalu berbelas kasih dan taat pada kehendak Bapa, bukan kehendaknya sendiri. Relasi dengan Bapa-Nya begitu erat. Yesus tidak pernah terpisah dari Bapa-Nya. Sehingga Dia tahu apa yang menjadi kehendak-Nya.
Sudahkah kita juga mengerti dan melakukan kehendak Bapa? Berapa banyak perbuatan kasih yang sudah kita lakukan bagi sesama kita?
Doa:
Bapa, kami mohon tuntunan-Mu dalam menyusuri kelok-kelok hidup ini. Agar di garis akhir hidup kami nanti, kami boleh Kau izinkan bersatu dengan-Mu dan para kudus di surga. Amin.
Komentar
Posting Komentar