(Renungan) Pengurapan dan Pengharapan

Pengurapan dan Pengharapan 
(Roslini Onwardi)

Lalu kata Yesus, “Biarkanlah dia, supaya ia melakukannya untuk hari penguburan-Ku.” 
(Yoh. 12:7)

Kalender Liturgi Senin, 14 April 2025
Bacaan Pertama : Yes. 42: 1-7
Mazmur Tanggapan : Mzm. 27:1. 2. 3. 13-14 
Bacaan Injil : Yoh. 12:1-11

Menurut tradisi Yahudi, orang-orang kaya melakukan investasi dan mengekspresikan kekayaannya dengan wangi-wangian dan jamuan makan untuk orang-orang terhormat atau yang dihormati. 

Dalam Injil hari ini, Maria, saudari Lazarus mengekspresikan penghormatannya kepada Yesus seraya menyirami kaki Yesus dengan minyak narwastu murni dan menyekanya dengan rambutnya.

Tindakan Maria mencurahkan minyak di kaki Yesus itu dikomentari oleh Yudas Iskariot sebagai pemborosan. Sementara rambut bagi perempuan merupakan mahkota, sehingga seharusnya ditutupi. Namun, tindakan Maria menyeka kaki Yesus dengan rambutnya melambangkan Maria merendahkan diri demi Yesus yang dikasihinya.  

Dalam hal ini, Yohanes menonjolkan pribadi Yesus sebagai seorang raja yang layak dimuliakan. Namun, Yesus membela Maria dengan mengatakan “Biarkanlah dia, supaya ia melakukannya untuk hari penguburan-Ku,” sebagai tanggapan atas komentar Yudas Iskariot. Kelihatannya Yesus memakai Maria untuk menubuatkan dan menyampaikan tanda-tanda tentang penguburan-Nya, sebelum masuk ke Yerusalem untuk menjalani via dolorosa. Bisa jadi, Maria saat melakukan tindakannya itu belum memahami nubuatan dan tanda-tanda dari Yesus.

Bagi umat Katolik, kalau ada sanak saudara yang sakit, keluarganya meminta pastor untuk memberikan Sakramen Perminyakan, dengan medianya yaitu minyak urapan. Pada umumnya, umat mempunyai pengharapan dalam Sakramen Perminyakan, yaitu disembuhkan atau pengharapan akan hidup kekal. Sehingga tidak sedikit umat yang takut diberi Sakramen Perminyakan.  

Pengalaman saya dulu sering meminta pastor untuk memberikan Sakramen Perminyakan setiap kali papa saya masuk rumah sakit, sebelum beliau berpulang. Anehnya, saat terakhir kali yang mengingatkan saya adalah suster jaga di ICU. Beliau mengijinkan jika keluarga mau memanggil pastor untuk Sakramen Perminyakan. Saya langsung mencari pastor. Jumat petang papa diberi Sakramen Perminyakan, Sabtu sore papa berpulang untuk menikmati hidup kekal.  

Kejadian tersebut menunjukkan saya tidak peka. Apa yang diingatkan oleh suster itu merupakan tanda-tanda yang saya tidak ketahui. Ibaratnya himbauan suster di ICU itu menubuatkan bahwa kematian papa saya sudah dekat. 

Pertanyaannya, bagaimana dan apa yang harus saya lakukan agar bisa lebih peka dalam membaca pesan Tuhan?

Doa:  
Allah Bapa di surga, sumber pengharapan kami, syukur kepada-Mu atas penyertaan dan penyelenggaraan-Mu dalam hidup kami. Bimbinglah hati dan pikiran kami, agar senantiasa dekat dengan-Mu dan peka akan kehendak dan tanda-tanda dari-Mu. Sehingga kami boleh menjadi saksi-Mu bagi sesama dalam karya pelayanan dan tindakan hidup kami sehari-hari. Amin.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia