(Renungan) Saksi Hidup yang Otentik
Saksi Hidup yang Otentik
(Evelyn Yovita)
(Evelyn Yovita)
Kata Yesus kepada mereka, ”Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
(Mat. 28:10)
Bacaan Pertama: Kis. 2:14.22-32
Mazmur Tanggapan: Mzm. 16:1-2a. 5. 7-8. 9-10. 11
Bacaan Injil: Mat. 28:8-15
Setiap perjumpaan dengan Tuhan Yesus selalu membawa perubahan. Maria Magdalena dan Maria yang lain (para perempuan) dengan setia mengikuti Yesus dari Galilea, menyaksikan penyaliban dan wafatnya Yesus. Bisa terbayangkan campur aduknya perasaan yang dialami para perempuan itu. Dari kebingungan, kesedihan, ketakutan, tapi semua itu langsung sirna dan berubah menjadi sukacita ketika berjumpa dengan Yesus. Terlebih setelah Yesus mengutus mereka untuk mengabarkan kepada murid murid-Nya, agar pergi ke Galilea dan di sana mereka akan melihat Yesus. Hal ini menyatakan bahwa Yesus sungguh telah bangkit dan memberikan harapan baru. Sebagai murid Yesus, kita pun diutus untuk memberitakan kebangkitan Yesus.
Yesus meminta para murid-Nya untuk pergi ke Galilea. Galilea adalah gambaran kehidupan harian para murid yang merupakan nelayan. Galilea kita adalah hidup keseharian kita, dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam pelayanan. Di situlah kita diutus menjadi saksi Tuhan, bersaksi dengan hidup yang benar dalam keseharian kita. Bagaimana kita merespon dengan benar setiap hal yang terjadi?
Buku Evangelii Nuntiandi (Mewartakan Injil), imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI pada tahun 1975 tentang karya pewartaan Injil zaman modern, bisa menjadi pegangan kita dalam karya pewartaan. Dalam buku tersebut, kita diingatkan untuk bisa menjalin hubungan yang akrab dengan Tuhan, menunjukkan kesederhanaan hidup kita, memberikan kasih terhadap semua orang, lebih-lebih terhadap orang yang rendah dan miskin, ketaatan dan kerendahan hati, sikap lepas bebas dan pengorbanan diri. Tanpa tanda kesucian ini, kata-kata kita akan sulit menyentuh hati orang-orang. (n.76)
Membicarakan pewartaan dengan hidup, teringat Paus Fransiskus. Paus yang tak hanya dihormati oleh umat Katolik, tapi juga oleh seluruh dunia. Tidak seperti orang yang ketika menduduki posisi penting menjadi arogan, Paus Fransiskus memperlihatkan kepemimpinan dengan kesederhanaan, kerendahan hati, juga keberanian dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Sangat peduli pada kaum miskin dan lemah. Apa yang dilakukan Paus ini adalah ”kesaksian Injil”.
Semoga kita semua bisa mewartakan Tuhan dalam keseharian hidup kita, menjadi saksi hidup yang otentik!
Doa:
Tuhan Yesus sahabatku, terima kasih atas cinta-Mu padaku. Terima kasih atas penguatan-Mu, dan penyertaan-Mu dalam hidupku. Tolong berilah aku rahmat, supaya bisa melihat-Mu dalam segala hal dan sanggup mewartakan-Mu dalam keseharian hidupku. Supaya aku bisa merespon dengan benar semua hal, terutama masalah-masalah yang ada. Semua doa ini kupanjatkan dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.
Tuhan Yesus sahabatku, terima kasih atas cinta-Mu padaku. Terima kasih atas penguatan-Mu, dan penyertaan-Mu dalam hidupku. Tolong berilah aku rahmat, supaya bisa melihat-Mu dalam segala hal dan sanggup mewartakan-Mu dalam keseharian hidupku. Supaya aku bisa merespon dengan benar semua hal, terutama masalah-masalah yang ada. Semua doa ini kupanjatkan dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.
Komentar
Posting Komentar