(Renungan) Tidak Berbuat Dosa
Tidak Berbuat Dosa
(Wellyani Maria)
Kalender Liturgi Minggu, 6 April 2025
Bacaan Pertama : Yes. 43:16-21
Mazmur Tanggapan : Mzm. 126:1-2b. 2c-3. 4-5. 6
Bacaan Kedua : Flp. 3:8-14
Bacaan Injil : Yoh. 8:1-11
Kita memasuki hari Minggu Prapaskah kelima, masa retret agung sebelum Paskah. Injil hari ini mengajak kita untuk melihat sikap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat kepada perempuan yang berzina. Kita sering bersikap seperti mereka, yang dengan mudah menghakimi dan mempersalahkan, bahkan sengaja mempermalukan orang lain.
Mereka sengaja membawa perempuan itu ke tengah-tengah untuk mencobai Yesus, agar memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Yesus didesak oleh banyak orang, namun Yesus menanggapi dengan sikap yang elegan. Ia tidak ikut menghakimi dan mempersalahkan perempuan yang berzina. Sebaliknya Yesus dengan tenang, membungkuk lalu menuliskan sesuatu dengan jari-Nya di tanah. Tindakan dan sikap ini justru menarik perhatian, sekaligus mengoyakkan hati para lawan-Nya yang gampang marah dan menghakimi penuh emosi. Mereka pergi seorang demi seorang meninggalkan Yesus dengan perempuan itu karena tidak ada yang tidak berdosa. Kita sebagai pengikut Kristus perlu belajar meneladani sikap Yesus yang penuh kasih, tetap tenang, tidak terbawa suasana dan mengajak orang untuk tidak berbuat dosa lagi.
Dalam misa bersama di panti lansia, seorang pastor bertanya, “Siapa oma, opa yang tidak pernah marah?” Kami seketika terdiam, merenungkan pertanyaan sang pastor. Memang kehidupan para oma opa di rumah lansia menurut para pendamping, sering ada cerita konflik kecil di antara sesama lansia. Satu sama lain saling lapor, mencari pembenaran diri. Masa pantang dan puasa mengajak kita bermati raga, dengan menjaga hati, bersikap lebih tenang, tidak gampang marah dan menghakimi.
Teristimewa di tahun 2025 yang ditetapkan Gereja sebagai Tahun Yubileum, tahun suci yang penuh rahmat dan pengampunan, sekaligus tahun pembaharuan diri yang bertujuan mendorong kita untuk hidup lebih kudus.
Marilah kita menanggapi dan mengambil kesempatan untuk ikut serta menjadi pribadi yang lebih baik dan kudus! Kesempatan dalam masa retret agung yang penuh rahmat dibarengi dengan Tahun Yubileum, suatu ‘privilege’ dan indulgensi penuh bagi umat yang mau menanggapi kasih Allah yang begitu terbuka bagi anak-anak yang dikasihi-Nya.
Doa:
Allah Bapa Yang Maha Rahim, kebaikan-Mu tanpa batas dan harta rahmat-Mu yang tidak mungkin habis; kami bersyukur atas masa tobat yang Kau sediakan bagi kami. Bantulah dengan pertolongan rahmat-Mu; agar kami berani mengambil sikap hati yang terbuka dan bertobat, sekaligus mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Bantulah kami untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan kudus di hadapan-Mu. Nama-Mu kami puji kini dan sepanjang masa. Amin.
(Wellyani Maria)
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
(Yoh. 8:6)
Bacaan Pertama : Yes. 43:16-21
Mazmur Tanggapan : Mzm. 126:1-2b. 2c-3. 4-5. 6
Bacaan Kedua : Flp. 3:8-14
Bacaan Injil : Yoh. 8:1-11
Kita memasuki hari Minggu Prapaskah kelima, masa retret agung sebelum Paskah. Injil hari ini mengajak kita untuk melihat sikap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat kepada perempuan yang berzina. Kita sering bersikap seperti mereka, yang dengan mudah menghakimi dan mempersalahkan, bahkan sengaja mempermalukan orang lain.
Mereka sengaja membawa perempuan itu ke tengah-tengah untuk mencobai Yesus, agar memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Yesus didesak oleh banyak orang, namun Yesus menanggapi dengan sikap yang elegan. Ia tidak ikut menghakimi dan mempersalahkan perempuan yang berzina. Sebaliknya Yesus dengan tenang, membungkuk lalu menuliskan sesuatu dengan jari-Nya di tanah. Tindakan dan sikap ini justru menarik perhatian, sekaligus mengoyakkan hati para lawan-Nya yang gampang marah dan menghakimi penuh emosi. Mereka pergi seorang demi seorang meninggalkan Yesus dengan perempuan itu karena tidak ada yang tidak berdosa. Kita sebagai pengikut Kristus perlu belajar meneladani sikap Yesus yang penuh kasih, tetap tenang, tidak terbawa suasana dan mengajak orang untuk tidak berbuat dosa lagi.
Dalam misa bersama di panti lansia, seorang pastor bertanya, “Siapa oma, opa yang tidak pernah marah?” Kami seketika terdiam, merenungkan pertanyaan sang pastor. Memang kehidupan para oma opa di rumah lansia menurut para pendamping, sering ada cerita konflik kecil di antara sesama lansia. Satu sama lain saling lapor, mencari pembenaran diri. Masa pantang dan puasa mengajak kita bermati raga, dengan menjaga hati, bersikap lebih tenang, tidak gampang marah dan menghakimi.
Teristimewa di tahun 2025 yang ditetapkan Gereja sebagai Tahun Yubileum, tahun suci yang penuh rahmat dan pengampunan, sekaligus tahun pembaharuan diri yang bertujuan mendorong kita untuk hidup lebih kudus.
Marilah kita menanggapi dan mengambil kesempatan untuk ikut serta menjadi pribadi yang lebih baik dan kudus! Kesempatan dalam masa retret agung yang penuh rahmat dibarengi dengan Tahun Yubileum, suatu ‘privilege’ dan indulgensi penuh bagi umat yang mau menanggapi kasih Allah yang begitu terbuka bagi anak-anak yang dikasihi-Nya.
Doa:
Allah Bapa Yang Maha Rahim, kebaikan-Mu tanpa batas dan harta rahmat-Mu yang tidak mungkin habis; kami bersyukur atas masa tobat yang Kau sediakan bagi kami. Bantulah dengan pertolongan rahmat-Mu; agar kami berani mengambil sikap hati yang terbuka dan bertobat, sekaligus mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Bantulah kami untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan kudus di hadapan-Mu. Nama-Mu kami puji kini dan sepanjang masa. Amin.
Komentar
Posting Komentar