(Renungan) Gereja Bawah Tanah
Gereja Bawah Tanah
(Gregorius Junus)
Kalender Liturgi Jumat, 30 Mei 2025
Bacaan Pertama : Kis. 18:9-18
Mazmur Tanggapan : Mzm. 47:2-3. 4-5. 6-7
Bacaan Injil : Yoh. 16:20-23a
Baru-baru ini perhatianku tertuju pada satu artikel menarik. Fenggang Yang, seorang profesor sosiolog dan pakar agama terkenal di Tiongkok, melakukan penelitian bahwa jumlah umat Kristen di Tiongkok meningkat signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Ia bahkan memprediksi bahwa Tiongkok akan menjadi negara dengan jumlah umat Kristen terbesar di dunia pada tahun 2030.
Pada tahun 1951, Partai Komunis Republik Rakyat Tiongkok memutus hubungan dengan Katolik Tiongkok dan Takhta Suci. Gereja-gereja Katolik Tiongkok di Republik Rakyat Tiongkok memilih untuk tidak bergabung dengan Asosiasi Katolik Patriotik Tiongkok yang dikontrol oleh negara. Mereka tetap berkumpul dan disebut sebagai “gereja bawah tanah”. Gereja bawah tanah di Tiongkok seringkali menghadapi penganiayaan dan penindasan, termasuk penangkapan dan penyiksaan. Hidup mereka dalam dukacita, menangis, dan meratap.
Terlepas benar atau tidaknya prediksi profesor Yang, namun terbukti bahwa jumlah umat Kristen dan gereja di Negeri Tirai Bambu meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan baik ini membawa gaudium et spes 'kegembiraan dan harapan', karena umat Kristiani dapat memperoleh kebebasan lebih dalam menunaikan aktivitas imannya.
Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira. Kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita" (Yoh. 16:20). Yesus mengumpamakannya dengan ibu yang mengalami penderitaan dan kesakitan saat akan melahirkan. Sang ibu tahu bahwa saat kelahiran anaknya telah tiba dan segala rasa sakit itu hilang saat bayinya lahir. Sukacita melihat anak yang baru lahir mengalahkan segala penderitaan dan kesakitannya. Kita sebagai murid Kristus selalu mempunyai harapan, bahwa Tuhan akan mengubah dukacita menjadi sukacita yang tidak dapat dirampas dari kita.
(Gregorius Junus)
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira. Kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.
(Yoh. 16:20)
Bacaan Pertama : Kis. 18:9-18
Mazmur Tanggapan : Mzm. 47:2-3. 4-5. 6-7
Bacaan Injil : Yoh. 16:20-23a
Baru-baru ini perhatianku tertuju pada satu artikel menarik. Fenggang Yang, seorang profesor sosiolog dan pakar agama terkenal di Tiongkok, melakukan penelitian bahwa jumlah umat Kristen di Tiongkok meningkat signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Ia bahkan memprediksi bahwa Tiongkok akan menjadi negara dengan jumlah umat Kristen terbesar di dunia pada tahun 2030.
Pada tahun 1951, Partai Komunis Republik Rakyat Tiongkok memutus hubungan dengan Katolik Tiongkok dan Takhta Suci. Gereja-gereja Katolik Tiongkok di Republik Rakyat Tiongkok memilih untuk tidak bergabung dengan Asosiasi Katolik Patriotik Tiongkok yang dikontrol oleh negara. Mereka tetap berkumpul dan disebut sebagai “gereja bawah tanah”. Gereja bawah tanah di Tiongkok seringkali menghadapi penganiayaan dan penindasan, termasuk penangkapan dan penyiksaan. Hidup mereka dalam dukacita, menangis, dan meratap.
Terlepas benar atau tidaknya prediksi profesor Yang, namun terbukti bahwa jumlah umat Kristen dan gereja di Negeri Tirai Bambu meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan baik ini membawa gaudium et spes 'kegembiraan dan harapan', karena umat Kristiani dapat memperoleh kebebasan lebih dalam menunaikan aktivitas imannya.
Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira. Kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita" (Yoh. 16:20). Yesus mengumpamakannya dengan ibu yang mengalami penderitaan dan kesakitan saat akan melahirkan. Sang ibu tahu bahwa saat kelahiran anaknya telah tiba dan segala rasa sakit itu hilang saat bayinya lahir. Sukacita melihat anak yang baru lahir mengalahkan segala penderitaan dan kesakitannya. Kita sebagai murid Kristus selalu mempunyai harapan, bahwa Tuhan akan mengubah dukacita menjadi sukacita yang tidak dapat dirampas dari kita.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita akan pesimis dan tidak ada harapan ketika menghadapi penolakan dan larangan dalam hidup beriman kita? Marilah kita tetap semangat dan tidak takut untuk melakukan kebaikan dan mewartakan kasih Allah, karena pada saatnya kita akan bersukacita seperti yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus sendiri!
Doa:
Allah Bapa sumber sukacita sejati, dalam perjalanan hidup, kami mengalami dan mendengar perjuangan hidup iman umat-Mu dalam kesulitan yang mendatangkan dukacita, menangis dan meratap. Putera-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus, meneguhkan kami bahwa dukacita anak-anak-Mu akan berubah menjadi sukacita. Ajarilah kami untuk tetap bertahan, tangguh, dan setia dalam badai kehidupan beriman. Doa ini kami panjatkan kepada-Mu ya Bapa dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang terkasih. Amin.
Komentar
Posting Komentar