(Renungan) Jangan Sibuk Menghakimi

Jangan Sibuk Menghakimi  
(Sylvia Maria Djatisutikno)

Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, setelah itu
engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan serpihan kayu itu dari mata saudaramu.”
(Mat. 7:5)

Kalender Liturgi Senin, 23 Juni 2025
Bacaan Pertama : Kej. 12:1-9
Mazmur Tanggapan : Mzm. 33:12-13. 18-19. 20. 22
Bacaan Injil : Mat. 7:1-5

Manusia lebih mudah melihat noda di baju orang lain, ketimbang noda di baju sendiri. Artinya manusia lebih cepat menilai kesalahan orang lain daripada kesalahan diri sendiri. Manusia lebih kritis terhadap kesalahan orang lain.

Saat kita menyatakan "ada noda di baju orang lain", bisa jadi karena kita merasa lebih bersih, lebih benar. Inilah benih kemunafikan, menghakimi orang lain, padahal dirinya sendiri sangat mungkin banyak dosanya. Orang yang demikian dikecam Yesus. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa orang itu adalah orang munafik. Yesus meminta kita terlebih dahulu menyadari segala kesalahan dan kekurangan diri sendiri, sebelum menilai orang lain. 

Memang kita sering lupa bahwa kita tidak sempurna dan mungkin memiliki kesalahan yang lebih besar. Bahkan  kesombongan rohani membuat kita merasa lebih baik dari orang lain. Introspeksi diri adalah awal dari pertobatan sejati.

Saya teringat seorang teman yang aktif dalam pelayanan, sebut saja namanya Reni. Sayangnya, ia sering menilai buruk teman-temannya. Suatu hari, teman Reni yang dianggap tidak kaya, namun dipercaya sebagai bendahara komunitas di mana Reni ikut bergabung, pergi berlibur. Reni mengatakan kepada temannya yang lain, “Sepertinya ia pergi pakai uang kas.” Karena sering berburuk prasangka, lama kelamaan ia pun merasa kehilangan damai sukacita. Lalu ia menemui seorang pastor, menceritakan apa yang ia rasakan. Pastor itu membawanya kepada sebuah cermin besar, tetapi kotor dan retak.  

Kata pastor itu: “Bisakah kamu melihat dirimu dengan jelas?” “Tidak bisa pastor.” Lalu pastor itu berkata; “Itulah cermin hatimu, hati yang kamu pakai sudah kotor, hingga hatimu penuh dengan penilaian buruk. Kamu tidak bisa melihat kebaikan orang lain karena hatimu belum bersih. Bahkan, kamu pun tidak dapat melihat kesalahan sendiri.” Kemudian Reni menyadari kesalahannya. Kini Reni tidak mudah  iri hati dan menghakimi orang lain. 

Bagaimana dengan kita, apakah kita juga cepat menilai negatif orang lain? 

Doa:
Allah Bapa, betapa lebih mudah kami melihat dan menilai buruk orang lain, daripada menilai keburukan diri sendiri. Ajar kami untuk melihat sesama kami dengan mata-Mu. Ajar kami untuk berpikir, melihat dan berkata yang positif kepada orang lain. Kiranya Allah Roh Kudus terus menolong kami untuk menjaga pikiran dan hati kami, supaya tetap bersih, hingga bisa melihat seorang dengan jernih, empati dan bijaksana. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia