(Renungan) Memberi dengan Sukacita
Memberi dengan Sukacita
(Juwati Darmawidjaja)
Kalender Liturgi Rabu, 18 Juni 2025
Bacaan Pertama : 2Kor. 9:6-11
Mazmur Tanggapan : Mzm. 112:1-2. 3-4. 9
Bacaan Injil : Mat. 6:1-6. 16-18
Belakangan ini, di jagat media sosial, semakin ramai orang-orang yang memamerkan mobil mewah, barang-barang berharga, bahkan mempertontonkan kedermawanan mereka. Fenomena flexing ini kian marak di era digital, di mana media sosial menjadi panggung utama untuk menampilkan segala kemilau kehidupan.
Secara sederhana, flexing adalah tindakan pamer; sebuah usaha menonjolkan status sosial, kekayaan, atau pencapaian pribadi, dengan harapan meraih pujian, penghargaan, dan penghormatan dari sesama. Namun, apakah itu tujuan sejati hidup kita?
Dalam Injil Matius, Yesus menegur keras mereka yang menjalankan kewajiban agamawi hanya demi pamer semata. Ia mengajarkan: jika engkau bersedekah, lakukanlah dengan hati yang tulus, tanpa hiruk pikuk perhatian. Jika engkau berdoa, berdoalah dalam keheningan jiwa, membangun hubungan intim dengan Allah. Sebab Allah melihat yang tersembunyi, dan Ia mengenal kedalaman hati manusia. Segala kebaikan hendaknya diarahkan kepada Allah, bukan untuk mencari pujian fana dari manusia.
Saat kita berbagi, kita sesungguhnya sedang menaburkan kebaikan di dunia ini. Berbagi bukan hanya memberikan apa yang kita punya, tetapi lebih dalam dari itu, yaitu tentang menyatakan kasih Tuhan melalui tindakan nyata.
Berbagi adalah perjalanan jiwa; mengajarkan kita untuk memahami kebutuhan orang lain, membebaskan kita dari belenggu keegoisan, dan menumbuhkan kepekaan terhadap sesama yang berjuang dalam senyap. Dalam berbagi, kita meneladani Allah yang penuh kasih, Allah yang mata-Nya tak pernah luput dari mereka yang lemah dan terluka.
Berbagi juga menumbuhkan rasa syukur dalam hati kita. Ketika kita memberikan sebagian dari apa yang kita miliki, kita diingatkan betapa banyak berkat yang Tuhan telah limpahkan atas hidup kita.
Firman Tuhan berkata: “Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2Kor. 9:7) Kiranya Firman ini menghidupkan kesadaran dalam diri kita untuk terus berbagi dengan tulus. Berilah, maka kamu akan diberi, karena itulah janji Tuhan yang pasti bagi kita semua.
Doa:
Tuhan yang penuh kasih, aku bersyukur atas segala kebaikan-Mu. Ajarlah aku untuk mengasihi dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Jadikan aku saluran berkat-Mu. Amin.
(Juwati Darmawidjaja)
“Ingatlah, jangan kamu mengamalkan kesalehanmu di depan umum
supaya dilihat orang, karena jika melakukan demikian,
kamu tidak memperoleh upah dari Bapamu yang di surga.”
(Mat.6:1)
Bacaan Pertama : 2Kor. 9:6-11
Mazmur Tanggapan : Mzm. 112:1-2. 3-4. 9
Bacaan Injil : Mat. 6:1-6. 16-18
Belakangan ini, di jagat media sosial, semakin ramai orang-orang yang memamerkan mobil mewah, barang-barang berharga, bahkan mempertontonkan kedermawanan mereka. Fenomena flexing ini kian marak di era digital, di mana media sosial menjadi panggung utama untuk menampilkan segala kemilau kehidupan.
Secara sederhana, flexing adalah tindakan pamer; sebuah usaha menonjolkan status sosial, kekayaan, atau pencapaian pribadi, dengan harapan meraih pujian, penghargaan, dan penghormatan dari sesama. Namun, apakah itu tujuan sejati hidup kita?
Dalam Injil Matius, Yesus menegur keras mereka yang menjalankan kewajiban agamawi hanya demi pamer semata. Ia mengajarkan: jika engkau bersedekah, lakukanlah dengan hati yang tulus, tanpa hiruk pikuk perhatian. Jika engkau berdoa, berdoalah dalam keheningan jiwa, membangun hubungan intim dengan Allah. Sebab Allah melihat yang tersembunyi, dan Ia mengenal kedalaman hati manusia. Segala kebaikan hendaknya diarahkan kepada Allah, bukan untuk mencari pujian fana dari manusia.
Saat kita berbagi, kita sesungguhnya sedang menaburkan kebaikan di dunia ini. Berbagi bukan hanya memberikan apa yang kita punya, tetapi lebih dalam dari itu, yaitu tentang menyatakan kasih Tuhan melalui tindakan nyata.
Berbagi adalah perjalanan jiwa; mengajarkan kita untuk memahami kebutuhan orang lain, membebaskan kita dari belenggu keegoisan, dan menumbuhkan kepekaan terhadap sesama yang berjuang dalam senyap. Dalam berbagi, kita meneladani Allah yang penuh kasih, Allah yang mata-Nya tak pernah luput dari mereka yang lemah dan terluka.
Berbagi juga menumbuhkan rasa syukur dalam hati kita. Ketika kita memberikan sebagian dari apa yang kita miliki, kita diingatkan betapa banyak berkat yang Tuhan telah limpahkan atas hidup kita.
Firman Tuhan berkata: “Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2Kor. 9:7) Kiranya Firman ini menghidupkan kesadaran dalam diri kita untuk terus berbagi dengan tulus. Berilah, maka kamu akan diberi, karena itulah janji Tuhan yang pasti bagi kita semua.
Doa:
Tuhan yang penuh kasih, aku bersyukur atas segala kebaikan-Mu. Ajarlah aku untuk mengasihi dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Jadikan aku saluran berkat-Mu. Amin.
Komentar
Posting Komentar