(Renungan) Mendapatkan Kembali Damai di Hati

Mendapatkan Kembali Damai di Hati
(Debby Christina)

Kamu telah mendengar yang difirmankan: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Namun, Aku berkata kepadamu: Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
(Mat. 5:38-39)

Kalender Liturgi Senin, 16 Juni 2025
Bacaan Pertama : 2Kor. 6:1-10
Mazmur Tanggapan : Mzm. 98:1. 2-3ab. 3cd-4
Bacaan Injil : Mat. 5:38-42

Kamu telah mendengar firman, "Mata ganti mata dan gigi ganti gigi." Ungkapan ini adalah rangkuman dari hukum Taurat (Kel. 21:24, Im. 24:20, Ul. 19:21) tentang prinsip keadilan yang setimpal. Dikenal juga dengan istilah lex talionis, yang diterapkan untuk mengurangi atau mencegah pembalasan pribadi yang berlebih dan tidak sebanding dengan kejahatan yang dilakukan.

Namun, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk hidup melampaui standar keadilan semata. Ia mengundang kita menjadi pribadi yang tidak membalas perlakuan buruk dengan keburukan yang sama. Ajaran-Nya menegaskan bahwa senjata terkuat kita adalah kasih. Membalas hanya akan melipatgandakan kejahatan. Menghukum mungkin dapat menghentikan kejahatan untuk sementara, tetapi hanya kasih yang mampu menyembuhkan luka dan mengubah hati manusia, termasuk hati orang yang pernah menyakiti kita.

Dalam perjalanan hidupku, aku pun pernah mengalami ketidakadilan. Reaksiku saat itu adalah membalas, berusaha menyakiti, dan menghindari orang tersebut. Tidak mudah untuk memaafkan dan mengampuni saat aku yang tersakiti dan harus menghadapi kenyataan pahit itu. Walaupun orang itu telah meminta maaf, hatiku tetap keras. Aku merasa tidak mampu untuk memaafkan. Sikapku menunjukkan bahwa aku belum sungguh-sungguh berdamai. Aku memilih menjauh, menghindar, dan ketika harus berbicara, kata-kata yang keluar tidaklah lembut maupun tulus. Tidak ada damai. Tidak ada sukacita. Perasaan ini menjadi beban dalam hidupku.

Meskipun mulutku berkata, “Aku baik-baik saja” dan aku mencoba meyakinkan diriku bahwa aku telah melupakan masa lalu, tetapi kenyataannya berbeda. Setiap kali bertemu, reaksi dan perasaanku menunjukkan bahwa lukaku masih ada.

Bertahun-tahun aku berusaha mendapatkan kembali damai itu. Ternyata, menjadi pelaku Firman, hanya untuk mengampuni, tidaklah mudah dan ternyata aku tidak mampu. Aku mencoba membawa semuanya dalam doa. Aku mohon agar Tuhan menolongku untuk mampu memberi pengampunan, sekaligus menyembuhkan hatiku yang terluka. Sampai akhirnya, setelah waktu yang panjang, aku mulai mampu melepaskan beban itu. Aku bisa mengatasi pikiran negatif yang selama ini menghalangiku untuk mengalami kembali sukacita dan damai saat bertemu orang tersebut.

Doa:
Bapa yang baik, mampukan aku untuk hidup dalam kasih dan di dalam-Mu. Mendengar tuntunan dan bimbingan Roh Kudus-Mu untuk menjadi pelaku Firman. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Upah Mengikuti Yesus

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia