(Renungan) Apakah Percaya Saja Cukup?
Apakah Percaya Saja Cukup?
(Emilia Sulistyo)
(Emilia Sulistyo)
Sebab, katanya dalam hati, “Asal kusentuh saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
(Mat. 9:21)
Bacaan Pertama : Kej. 28:10-22a
Mazmur Tanggapan : Mzm. 91:1-2. 3-4. 14-15ab
Bacaan Injil : Mat. 9:18-26
Yesus melakukan dua mukjizat dalam perikop ini, yaitu membangkitkan anak perempuan Yairus dan menyembuhkan perempuan yang mengalami pendarahan selama 12 tahun. Keduanya menunjukkan pola yang sama: mereka percaya dan mencari Yesus secara aktif. Kemungkinan keduanya telah mendengar tentang Yesus, orang dari Nazareth yang mempunyai karisma mengajar melebihi para ahli Taurat. Mereka pasti juga mendengar Yesus menyembuhkan orang kusta, orang lumpuh, hamba seorang perwira di Kapernaum dan mengusir roh jahat dari orang yang kerasukan.
Oleh karena itu, mereka berdua memberanikan diri untuk datang kepada Yesus. Yairus, kepala rumah ibadah datang dengan rendah hati dan memohon Yesus menyentuh anaknya yang sakit. Ia percaya kuasa Yesus lebih besar daripada kematian. Sementara itu, perempuan yang menderita pendarahan bertahun-tahun, dengan penuh keberanian dan iman, mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah Yesus. Ia percaya hanya dengan sentuhan kecil saja sudah cukup untuk kesembuhan. Bahkan permohonannya hanya dia ucapkan dalam hati, namun Yesus mengetahuinya.
Apakah percaya saja cukup? Nampak keduanya tidak hanya percaya dalam hati, tetapi mengambil langkah konkret untuk datang kepada Yesus dan memohon kesembuhan. Iman mereka bukan pasif, melainkan hidup dan bergerak.
Saya kenal seorang teman yang kehilangan suaminya saat pandemi beberapa tahun yang lalu. Sambil bertahan hidup dengan ketiga anaknya, ia tetap percaya Tuhan akan memeliharanya. Namun selain berdoa, ia tidak tinggal diam. Ia menghubungi teman-teman lama, melamar pekerjaan, menjual kue kering dan membimbing anak-anaknya berdoa. Selain itu juga aktif dalam kepengurusan lingkungan. Dalam tiga bulan, ia mendapatkan pekerjaan dan tetap melayani di lingkungannya dengan penuh sukacita.
Iman sejati tidak diam, tetapi mencari Tuhan dengan rendah hati dan penuh pengharapan. Mari, kita juga belajar memiliki iman yang hidup, iman yang percaya, berdoa dan bertindak! Apa pun pergumulan kita, datanglah kepada Tuhan. Dia melihat iman kita, mendengar doa dan sanggup membuka jalan di saat yang paling tepat.
Doa:
Tuhan Yesus Yang Maha Kasih, gerakkanlah kami agar secara aktif mencari-Mu dengan jalan yang konkret. Tumbuhkan kerinduan mencari Engkau dalam setiap masa dalam perjalanan hidup kami, baik dalam suka maupun duka. Dengan demikian iman kami dapat tumbuh menjadi iman yang hidup. Amin.
Komentar
Posting Komentar