(Renungan) Buanglah Ketakutan itu
Buanglah Ketakutan itu
(HS. Haryanto Tanudjaja)
Kalender Liturgi Sabtu, 12 Juli 2025
Bacaan Pertama : Kej. 4:29-32; 50:15-26a
Mazmur Tanggapan : Mzm. 105:1-2. 3-4. 6-7
Bacaan Injil : Mat. 10: 24-33
“Burung pipit yang kecil, dikasihi Tuhan.Terlebih diriku, dikasihi Tuhan”, sepenggal lirik lagu ciptaan Debora Samudera menyeruak dalam hatiku. Burung pipit (Passeridae) atau emprit (sejenis burung gereja) mudah ditemukan karena dapat hidup adaptif di berbagai ekosistem asalkan aman dan dekat dengan sumber makanan berlimpah. Biasanya burung kecil ini menjadi lauk orang miskin karena harganya murah. Sekeping uang terkecil bisa untuk membeli dua ekor. Remeh, tetapi dikasihi Tuhan. Ternyata Tuhan mengasihi kita, lebih daripada burung pipit.
Tiga kali Yesus memberikan jaminan (Mat. 10:26. 28. 31) kepada mereka yang Dia utus agar tidak merasa takut. Berani mewartakan Injil dengan terbuka melalui perkataan dan perbuatan, sekalipun resikonya mati sebagai martir. Pun tidak perlu takut Tuhan akan meninggalkan sebab Dia setia dan peduli. Bila mahluk kecil yang dianggap hampir tak ada nilainya begitu diperhatikan Bapa, apalagi manusia yang jauh lebih berharga.
Sepintas menjadi murid Yesus itu kelihatannya diuntungkan. Namun, sadarkah kita bahwa seorang murid tidak lebih daripada gurunya, seorang hamba tidak lebih daripada tuannya. Sebagai pengikut Yesus, kita tidak boleh mengharap diperlakukan lebih baik dari perlakuan yang telah diterima Yesus. Baik berupa godaan, ejekan, penolakan, penganiayaan, bahkan dibunuh. Bertahanlah memikul salib dan menyangkal diri dalam mengikuti Dia sampai kesudahannya, maka kita akan selamat! Berjuanglah untuk yang baka, bukan yang fana. Sanggupkah kita?
(HS. Haryanto Tanudjaja)
"Kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.”
(Mat. 10:31b)
Bacaan Pertama : Kej. 4:29-32; 50:15-26a
Mazmur Tanggapan : Mzm. 105:1-2. 3-4. 6-7
Bacaan Injil : Mat. 10: 24-33
“Burung pipit yang kecil, dikasihi Tuhan.Terlebih diriku, dikasihi Tuhan”, sepenggal lirik lagu ciptaan Debora Samudera menyeruak dalam hatiku. Burung pipit (Passeridae) atau emprit (sejenis burung gereja) mudah ditemukan karena dapat hidup adaptif di berbagai ekosistem asalkan aman dan dekat dengan sumber makanan berlimpah. Biasanya burung kecil ini menjadi lauk orang miskin karena harganya murah. Sekeping uang terkecil bisa untuk membeli dua ekor. Remeh, tetapi dikasihi Tuhan. Ternyata Tuhan mengasihi kita, lebih daripada burung pipit.
Tiga kali Yesus memberikan jaminan (Mat. 10:26. 28. 31) kepada mereka yang Dia utus agar tidak merasa takut. Berani mewartakan Injil dengan terbuka melalui perkataan dan perbuatan, sekalipun resikonya mati sebagai martir. Pun tidak perlu takut Tuhan akan meninggalkan sebab Dia setia dan peduli. Bila mahluk kecil yang dianggap hampir tak ada nilainya begitu diperhatikan Bapa, apalagi manusia yang jauh lebih berharga.
Sepintas menjadi murid Yesus itu kelihatannya diuntungkan. Namun, sadarkah kita bahwa seorang murid tidak lebih daripada gurunya, seorang hamba tidak lebih daripada tuannya. Sebagai pengikut Yesus, kita tidak boleh mengharap diperlakukan lebih baik dari perlakuan yang telah diterima Yesus. Baik berupa godaan, ejekan, penolakan, penganiayaan, bahkan dibunuh. Bertahanlah memikul salib dan menyangkal diri dalam mengikuti Dia sampai kesudahannya, maka kita akan selamat! Berjuanglah untuk yang baka, bukan yang fana. Sanggupkah kita?
Ketika di Jeddah, berkali-kali aku diajak para sahabat muslim untuk mengunjungi kota suci Makkah al-Mukarramah, sejam perjalanan darat lamanya. Syaratnya mengenakan kain ihram dan hafal dua kalimat syahadat. Mereka akan “mengamankanku” sehingga semua akan baik-baik saja. Nafsu liar pertualangan segera kutindas dengan penolakan halus. Aku senang akhirnya para sahabat muslim menghargaiku karena berani mempertahankan salib di tanah Arab. Firman-Nya meneguhkan, “…dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh. 8:32).
Doa:
Allah Bapa yang peduli, aku bersyukur karena Engkau memeliharaku lebih dari pada burung pipit di udara dan bunga bakung di ladang. Kenakanlah aku dengan perlengkapan senjata Allah agar berani mengakui Yesus Kristus dalam mewartakan Injil di depan manusia dalam kondisi sesulit apa pun. Tumbuhkanlah iman, kesetiaan, dan ketulusan sehingga mampu melaksanakan tugas perutusanku. Amin.
Komentar
Posting Komentar