(Renungan) Bukan Kecerdasan Buatan

Bukan Kecerdasan Buatan 
(FD. Henny Dwi Widyasari)

“Tidak mungkin Engkau berbuat demikian, membunuh orang benar bersama orang fasik, sehingga orang benar disamakan dengan orang fasik! Itu tidak mungkin bagi-Mu! Bagaimana mungkin Hakim seluruh bumi tidak berlaku adil?”
(Kej. 18:25)

Kalender Liturgi Minggu, 27 Juli 2025
Bacaan Pertama : Kej. 18:20-33
Mazmur Tanggapan : Mzm.138:1-2a. 2bc-3. 6-7ab. 7c-8
Bacaan Kedua : Kol. 2:12-14
Bacaan Injil : Luk. 11:1-13

Saat mempersiapkan bahan renungan hari ini, aku  teringat masa-masa anak-anakku masih kecil. Kala itu mereka sering ribut dalam mobil. Anakku, tiga, putra semua. Bisa dibayangkan bagaimana ributnya, terutama ketika anak-anakku berebut menarik perhatianku. Mereka melakukannya dengan berbagai tingkah dan tentu tak mau saling mengalah. Sementara aku sendiri senantiasa sibuk dengan HP karena pekerjaanku di bidang marketing, promosi, komunikasi, dan sales. Tak jarang, untuk menarik perhatian, anak-anak menarik-narik HP yang sedang kugunakan. Bayangkan kepusingannya!

Jadi, biasanya, bila keributan atau pertengkaran itu timbul; ketiganya akan kukenakan sanksi. Tujuannya untuk mempersingkat waktu tanpa harus berusaha mencari siapa yang bersalah. Kupikir jalan ini juga jalan terbaik, karena dapat menumbuhkan ‘team work’ di antara mereka alih-alih kompetisi. Menurut pengamatanku, dalam setiap tercetusnya keributan, ketiganya punya peran masing-masing. Sehingga kalau tidak mau kena sanksi, ya jangan memicu, apalagi memulai keributan. Demikianlah anak-anak dengan cerdas mengenali cara maminya.

Demikian juga Abraham, ia cerdas pula mengenali Tuhan. Menghadapi kemurkaan-Nya, Abraham tahu cara menyampaikan harapannya dan Abraham mengenali pola pikir Tuhan. Abraham  melakukannya dengan rasa percaya. Abraham juga mendaraskan permohonannya dengan tak jemu-jemu. Perjuangan Abraham ini dapat dibaca pada Kej. 18:23-32. Hingga akhirnya Tuhan pun pergi melepaskan Sodom saat itu tanpa menghukum sesuai harapan Abraham. Beruntung Tuhan tidak berpola pikir seperti aku,  di mana semua yang terlibat dan memiliki andil terhadap kegaduhan, harus dihukum!  

Kesimpulannya, keadilan Tuhan itu takarannya berbeda, “Jadi, jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Luk. 11:13). Mengenali pola pikir Allah adalah anugerah. Bukan karena kecerdasaan manusia apalagi kecerdasan buatan.

Mari kita berusaha dekat dengan Allah, sebagaimana Abraham! Sehingga kita dapat mengenal Dia dan terhindar dari murka-Nya serta selalu mengalami keadilan dari-Nya.

Doa:
Tuhan, terima kasih Engkau kembali mengingatkanku akan masa indahku bersama anak-anak, yang mungkin saat itu terasa melelahkan. Namun kini kurasakan nikmat anugerah-Mu. Keadilan-Mu adalah kedaulatan-Mu, Tuhan; namun kumohon biarlah belas kasihan-Mu selalu ada untukku. Memampukanku menjadi saksi-Mu yang mewartakan kabar sukacita imanku kepada-Mu di mana pun aku berada. Amin.  




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia