(Renungan) Dianiaya tapi Tidak Berbuat Dosa?

Dianiaya tapi Tidak Berbuat Dosa?
(Roslini Onwardi)

“Waspadalah terhadap semua orang, karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan mencambuk kamu di rumah ibadatnya.”
(Mat. 10:17)

Kalender Liturgi Jumat, 11 Juli 2025
Bacaan Pertama : Kej. 46:1-7. 28-30
Mazmur Tanggapan : Mzm. 37:3-4. 18-19. 27-28. 39-40
Bacaan Injil : Mat. 10:16-23

Ada pepatah "semakin tinggi pohon menjulang, semakin kencang angin menerpa". Semakin seseorang terlihat lebih hebat dari orang lain maka angin akan semakin kencang menerpanya. Dan ada juga nasihat: "seperti padi yang matang, semakin berisi, semakin merunduk."

Setelah memilih kedua belas murid-Nya, Yesus mengutus dan membekali mereka dengan pesan dan nasihat. Bahwa dalam perjalanan mengikuti Yesus, mereka akan menyaksikan dan mengalami  penderitaan dan penganiayaan karena nama-Nya. Saat Yesus menubuatkan bahwa diri-Nya pun akan mengalami penganiayaan dan penderitaan, para murid belum memahaminya.

Yesus yang maha mengetahui, paham karakter setiap murid-Nya sehingga sejak awal memperingati mereka untuk tidak mengutamakan kedagingan. Bahwa mereka  ibarat domba yang berada di 
tengah-tengah serigala, sehingga mereka harus cerdik dan waspada terhadap semua orang, tetapi tidak perlu juga sampai parno seperti istilah orang zaman sekarang.

Karena misi Yesus Kristus berintikan kasih tanpa batas, maka setiap orang yang percaya akan ajaran Kristus, hendaknya mempraktikkan teladan yang telah Ia berikan selama hidup-Nya, bahkan saat Dia harus disalib. Yesus tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi Yesus mencontohkan agar pengikut-Nya tetap mengasihi orang-orang yang membenci-Nya, dan mendoakan orang-orang yang menganiaya-Nya.  

Saya pernah mengalami office politics. Ada seorang atasan yang smart dan dipercaya oleh owner memimpin suatu tim. Sang atasan ini telah menjalin relasi yang begitu baik dengan setiap anggota timnya. Walau demikian, suatu hari, seorang anggota timnya meminta saya untuk mengangkat suatu issue sensitive yang dapat berakibat besar bagi sang atasan. Terang saja saya langsung menolak, karena saya sudah memahami  karakter anggota timnya. Ternyata timnya tetap melaksanakan pengkhianatan tersebut hingga sang atasan ditegur owner dan harus dipindah.

Saat curhat kepada saya dia menangis dan minta maaf. Bagi saya aneh, kenapa menangis dan minta maaf. Ternyata dia baru menyadari dikhianati oleh timnya, selain itu dia juga mengaku bahwa ternyata selama itu dia percaya saja apa yang disampaikan oleh timnya tentang saya, padahal saya tidak punya hubungan kerja secara langsung dengan mereka.

Tidak berbuat dosa saat mengalami penganiayaan merupakan praktik yang diteladankan oleh Yesus, Sang Guru sejati, yang harus dilaksanakan oleh siapa pun sebagai kesaksian dan senantiasa menghidupkan karakter kasih. Pertanyaannya, sudahkah saya mempraktikkannya dalam keseharian saya?

Doa: 
Allah Bapa Yang Maha Rahim, bimbing hati dan pikiran kami dengan kuasa Roh-Mu agar kami senantiasa rendah hati, tidak tergoda untuk berbuat dosa jika dianiaya, dan mampu meneladani dan menjadi saksi-Mu dalam keseharian kami. Amin.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Upah Mengikuti Yesus

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia