(Renungan) Apakah Tuhan akan Berkata: Aku tidak Mengenalmu?

Apakah Tuhan akan Berkata, Aku tidak Mengenalmu?
(F. Angelina Wiraatmaja)

"Namun, Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai Kamu sekalian yang melakukan kejahatan!”
(Luk. 13:27)

Kalender Liturgi Minggu, 24 Agustus 2025
Bacaan Pertama: Yes. 66:18-21
Mazmur Tanggapan: Mzm. 117:1. 2 
Bacaan Kedua: Ibr. 12:5-7. 11-13
Bacaan Injil: Luk. 13:22-30

Ayat Lukas 13:27 ini mengguncang hati siapa pun yang membacanya dengan sungguh. Bagaimana mungkin seseorang yang merasa mengenal Yesus; orang yang hadir dalam perjamuan, mendengarkan pengajaran-Nya, bahkan melayani bersama-Nya, ternyata ditolak dengan keras dan tidak dikenal oleh-Nya?

Yesus tidak sedang berbicara kepada orang luar. Ia menegur mereka yang “merasa cukup rohani” tetapi tidak hidup dalam pertobatan sejati. Ia memperingatkan bahwa kedekatan fisik, aktivitas pelayanan, bahkan relasi sosial dalam komunitas gereja tidak identik dengan kedekatan rohani yang menyelamatkan.

Kita semua diundang untuk tidak terlena dalam rutinitas agama, tetapi membiarkan rahmat Tuhan mengubah hati, menembus kedalaman hati, membentuk pertobatan yang terus-menerus. Keselamatan bukan hasil prestasi lahiriah, tetapi buah dari relasi yang hidup dengan Allah yang mengenal hati.

Sebagai ibu, saya merenung tentang kedua putri kami. Sejak masa kuliah di Australia, hingga kini telah bekerja, mereka aktif dalam pelayanan gereja: menjadi penata umat, koor, pemazmur, penyelenggara retret, aktif dalam pendalaman iman, dan berbagai kepanitiaan Katolik. Bahkan, secara disiplin mereka menyisihkan 10% penghasilan untuk membantu sesama dan gereja.

Putri pertama kami telah kembali ke Indonesia. Sambil bekerja, ia mengembangkan bisnisnya, melanjutkan kuliah masternya, dan tetap aktif dalam pelayanan gereja, utamanya di komunitas Light Of Jesus Family.

Sebagai orang tua, saya bersyukur dan merasa bangga. Kedua putri kami tumbuh menjadi pribadi yang peduli, rela memberi, dan terlibat aktif dalam pelayanan serta kehidupan kegerejaan. Namun di balik rasa syukur itu, saya juga membawa satu kekhawatiran: Apakah semua ini sungguh cukup di hadapan Tuhan?

Apakah mereka telah membangun hubungan pribadi yang dalam dengan Tuhan, bukan hanya tampak dari luar, tetapi benar-benar lahir dari hati yang mengenal dan dikasihi oleh-Nya? Apakah iman mereka berakar cukup kuat untuk bertahan di tengah gelombang dunia, bertumbuh dalam kasih, dan berbuah sampai akhir hayat, saat mereka kelak berdiri di hadapan Tuhan?

Sebab yang paling menakutkan bukanlah ketika dunia tidak mengenal kita, tetapi ketika Tuhan berkata: “Aku tidak mengenalmu.”

Doa:
Tuhan Allah Bapa kami, anugerahkanlah Roh Kudus-Mu agar senantiasa membimbing dan membisikkan kehendak-Mu kepada kami dan anak-anak kami dalam ziarah hidup ini. Limpahkanlah belas kasih-Mu, agar kami semakin mengenal, menghayati, dan mengimplementasikan kehendak-Mu. Semoga dengan kerahiman-Mu, ketika tiba saat yang telah Kau tentukan, Engkau berkenan berkata, “Aku mengenalmu, masuklah ke dalam sukacita-Ku.” Doa dan harapan ini kami panjatkan dalam nama Yesus Kristus, Putra-Mu dan Pengantara kami. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia