(Renungan) Benarkah?
Benarkah?
(Martha Maria Herina Tjahjadi)
(Martha Maria Herina Tjahjadi)
Jawab Gideon kepadanya, "Maaf, Tuan, jika Tuhan menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan ajaib-Nya yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah Tuhan telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi, sekarang Tuhan meninggalkan kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian." 
(Hak. 6:13)
Kalender Liturgi Selasa 19 Agustus 2025
Bacaan Pertama: Hak. 6:11-24a
Mazmur Tanggapan: Mzm. 85:9. 11-12. 13-14
Bacaan Injil: Mat. 19:23-30
Benarkah Tuhan menyertai? Pertanyaan ini senantiasa terngiang-ngiang di kepala kita. Saat mengalami keadaan yang di luar keinginan dan harapan.
Bacaan hari ini mengisahkan kelanjutan kehidupan bangsa Israel yang menjalani hukuman ketidaksetiaan kepada Allah. Gideon, anak Yoas, orang Abiezer, dipilih dan diutus Allah, untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa Midian. Walaupun usia dan latar belakangnya, tidak sebesar suku lainnya, tapi Tuhan memilihnya dan menyertainya untuk menyelamatkan bangsa Israel.
Perjalananku mengikuti Yesus, juga mengalami tekanan dari dalam. Sebagai pribadi, ibu dan istri, dan peranku di pelayanan komunitas membawaku pada pendewasaan rohani, karakter dan iman. Setelah mengetahui perlunya pertumbuhan rohani dan iman, harapanku, membawa keluargaku untuk setia, taat pada kehendak-Nya. Apalagi usia anak-anakku sudah remaja menjelang dewasa, aku ingin mereka belajar mengenal apa kehendak Tuhan dan melaksanakannya dengan hati yang penuh kasih kepada Tuhan. Tuntutan, penolakan, dan penghakiman yang kualami menekan perasaanku. Kesedihan dan cemas bercampur aduk dalam doaku. 
Seperti Gideon bertanya kepada malaikat Tuhan, "…jika Tuhan menyertaiku, mengapa semuanya ini menimpaku? Mengapa aku terus mengalami penolakan? Di manakah Engkau Tuhan, saat aku mengalami penghinaan, penghakiman dan perkataan yang tidak menyenangkan?" Dalam kondisi ini, aku mengambil waktu hening dan instrospeksi. Jika menuruti kekecewaan dan dibawa dalam pikiran, akan membuat lesu, merontokkan semangat, melumpuhkan kekuatan jiwa dan raga.
Aku tidak mau larut dalam keraguan. Dengan bekal sabda-Mu: "Pergilah dengan kekuatanmu …. Bukankah Aku yang mengutus engkau?" (Hak. 6:14). Ya Tuhan, Aku percaya pada-Mu saja. Engkau memberikan kekuatan, Engkau keselamatanku. Ya, aku akan tetap setia, mengajarkan, memberi teladan dan mengayomi keluargaku selama hidup ini.
Alih-alih bertanya benarkah? Lebih baik perkatakan, “Ya, benar. Tuhan selalu menyertai dan aku sudah menerima janji-Nya.” Seperti perkataan Santa Teresia dari Kanak-Kanak Yesus, “Jangan biarkan apa pun mengganggumu. Jangan biarkan apa pun menakutkanmu. Segala hal berlalu, Allah tidak pernah berubah. Kesabaran mencapai segalanya. Ia yang memiliki Allah tidak kekurangan apa pun. Allah sendiri cukup.”
Doa:
Ya, Tuhan Yang Maha Kasih, bertahtalah dalam diri, pikiran dan hati kami. Berilah kekuatan-Mu yang sempurna ke dalam kami. Menghapus setiap keraguan, menjadi percaya. Harapan kami pada-Mu tidak pernah sia-sia. Janji damai sejahtera dan keselamatan-Mu pasti terjadi, karena segala yang terjadi dalam hidup kami adalah seturut rancangan-Mu. Tiada yang kebetulan, tetapi semua karena anugerah kasih-Mu, melalui Yesus Kristus dan penyelenggaraan Roh Kudus. Amin.

 
 
 
Komentar
Posting Komentar