(Renungan) Pantaskah Aku Iri?

Pantaskah Aku Iri?
(K.I.A. Anggi) 

Tidakkah aku boleh mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
(Mat. 20:15)

Kalender Liturgi Rabu, 20 Agustus 2025
Bacaan Pertama: Hak. 9:6-15
Mazmur Tanggapan: Mzm. 21:2-3. 4-5. 6-7
Bacaan Injil: Mat. 20:1-16a

Perumpamaan tentang kebun anggur biasanya adalah bahasa kiasan yang melambangkan umat Allah. Perlakuan pemilik kebun terhadap orang-orang upahannya memberi gambaran tentang salah satu aspek Kerajaan Allah, tentang bagaimana Allah akan mengganjar semua orang yang dari saat ke saat dipanggil oleh-Nya kepada Kerajaan Allah. Pada kelompok pertama, telah disepakati upah sedinar sehari, namun tidak ada kesepakatan jumlah tertentu dengan gelombang pekerja berikutnya, bahkan tidak disebutkan sama sekali tentang upah bagi gelombang pekerja yang terakhir.

Saat pembayaran tiba. Pemilik kebun anggur menegaskan, yang terakhir harus dibayar lebih dahulu! Upah yang diberikan adalah sama dan hal ini menimbulkan sungut-sungut dari kelompok pekerja pertama. Mereka iri karena merasa lebih berhak dan pantas mendapatkan upah yang lebih besar karena jasa mereka. Perhitungan ekonomi dunia ingin diterapkan pada tata keselamatan Allah dan pengadilan terakhir yang dilambangkan oleh pemberian upah di senja hari. 

Di awal Juni, saya mendapat kabar bahwa Pak Umar yang dibaptis pada akhir Maret lalu, ditemukan meninggal. Beliau yang baru saja dibaptis, seperti para pekerja yang masuk untuk bekerja pada pukul 5 sore, segera mendapat upah dari Bapa di surga, yaitu hidup kekal. Saya, di lain pihak, yang sudah lebih dahulu dibaptis, masih harus berziarah di dunia. Entah kapan bisa menerima upah hidup kekal dari Allah.

Kemurahan hati pemilik kebun anggur melambangkan kemurahan hati Allah yang melampaui perhitungan manusia. Komitmen tanpa batas dari Allah mengundang siapa saja yang mencari. Allah menawarkan keselamatan yang sama penuh, kapan pun itu dan tidak menghitung masa bakti. Orang berdosa yang lambat bertobat, diberi anugerah Kerajaan Allah yang sama dengan mereka yang sejak awal menjadi pelayan Tuhan yang setia, yaitu hidup kekal.

Pantaskah saya iri akan pembayaran upah yang begitu cepat untuk menerima janji hidup kekal atau ini adalah tambahan waktu tugas bagi saya agar dapat melayani dengan lebih sungguh? Belajar untuk murah hati dari kemurahan hati Allah.

Doa:
Allah Bapa di surga, kami bersyukur karena Engkaulah Allah yang murah hati, yang mencintai setiap kami umat-Mu apa adanya. Engkau memberi kami kesempatan untuk menerima rahmat keselamatan tanpa memperhitungkan dosa salah maupun bakti kami kepada-Mu. Mampukanlah kami agar mau belajar menerima kemurahan hati-Mu yang tak terbatas bagi diri kami dan sesama. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia