(Renungan) Risiko Menegur
Sebab, Yohanes berkali-kali menegur Herodes, ”Tidak diperbolehkan bagimu mengambil istri saudaramu!”
(Mrk. 6:18)
Kalender Liturgi Jumat, 29 Agustus 2025
PW. Wafatnya St. Yohanes Pembaptis, Martir
Bacaan Pertama: Yer. 1:17-19
Mazmur Tanggapan: Mzm. 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17
Bacaan Injil: Mrk. 6:17-29
Pernahkah kita ditegur oleh Tuhan? Kalau kita jujur, pastilah pernah merasa ditegur oleh-Nya melalui suatu kejadian atau seseorang yang kita temui. Mengapa Tuhan menegur kita? Sebab, Tuhan itu penyayang dan pengasih, panjang sabar, dan berlimpah kasih setia (Mzm. 103:8).
Teguran adalah ungkapan ketidaksetujuan atau peringatan terhadap suatu tindakan yang tidak baik. Maksudnya untuk menasihati dan meminta agar kita menghentikan perilaku tersebut.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan St. Yohanes Pembaptis menegur seorang raja yaitu Herodes, yang mengambil Herodias, istri Filipus saudaranya. Sesungguhnya, Herodias ingin diperistri Herodes karena Filipus dinilainya kurang menjanjikan masa depan baginya. Teguran itu membuat Herodias marah kepada Yohanes dan ingin membunuhnya. Padahal Herodes masih melindunginya, karena ia merasa Yohanes orang benar dan suci.
Seseorang yang menerima teguran, responsnya bisa positif atau negatif. Bila positif, maka ia akan memperbaiki atau menghentikan tindakannya yang salah. Orang ini akan menjadi pribadi yang lebih baik, karena ia dengan rendah hati memperbaiki diri. Namun bila responsnya negatif, maka ia tidak mau menerima nasihat apa pun sebab ia merasa paling benar. Dalam istilah psikologi, ini merupakan salah satu ciri-ciri dari NPD (Narsistic Personality Disorder). Kalau sudah seperti ini, ia akan menindas orang yang menegurnya, bahkan melenyapkannya. Itulah mengapa, Yohanes menjadi martir karena tegurannya direspons negatif oleh Herodias.
Saya pun dalam berkomunitas pernah menegur orang yang tidak taat aturan. Awalnya saya menegur melalui renungan dalam grup WA. Benar saja, hanya orang ini yang merasa tersinggung. Kemudian, saya juga berusaha menggunakan kata-kata yang lemah lembut dan sopan kepadanya, tapi dia malah marah dan menjelek-jelekkan saya kepada yang lain. Saya menegur karena dia adalah salah seorang pelayan di komunitas kami, di mana ada hierarki dan aturan-aturan yang harus diikuti dengan taat. Secara hierarki saya ada di atasnya, sehingga saya berusaha agar dia mentaati aturan komunitas untuk kebaikan bersama.
Beranikah kita menegur dengan segala risikonya?
Doa:
Oh Yesusku, sungguh menguras perasaan dan pikiran kami menghadapi orang yang inginnya selalu membangkang dalam komunitas. Berilah rahmat-Mu ya Yesus, agar kami bisa menghadapi situasi yang tidak mudah ini bersama-Mu. Amin.

 
 
 
Komentar
Posting Komentar