(Renungan) Lilin-lilin Kecil

Lilin-Lilin Kecil
(Hiyanto Mulia)

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau meletakkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia meletakkannya di atas kaki pelita, supaya orang yang masuk, dapat melihat cahayanya.”
(Luk. 8:16)

Kalender Liturgi Senin, 22 September 2025
Bacaan Pertama: Ezr. 1:1-6
Mazmur Tanggapan: Mzm. 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6
Bacaan Injil: Luk. 8:16-18

Engkau lilin-lilin kecil
Sanggupkah kau mengganti
Sanggupkah kau memberi
Seberkas cahaya...

Engkau lilin-lilin kecil
Sanggupkah kau berpijar
Sanggupkah kau menyegar
Seisi dunia...

Lagu sederhana karya James F. Sundah ini tak hanya merdu, tapi juga sarat makna. Ia berbicara tentang dunia yang diliputi kegelapan, gelap oleh dosa, putus asa, keacuhan, dan ketidakadilan. Dalam gelap yang membekap jiwa, pertanyaan ini menggema: Mampukah kita, lilin-lilin kecil ini, memberi seberkas cahaya?

Cahaya lampu tidak berarti banyak saat siang bolong. tetapi secercah cahaya lilin, walaupun kecil, namun berharga di tengah gulita malam. Di saat gelap menyelimuti, bahkan cahaya paling redup pun menjadi harapan, amat berharga di tengah malam. Dalam gelap, setiap orang merindukan seberkas cahaya untuk menuntun langkahnya.

Yesus, dalam Injil Lukas, mengungkapkan kebijaksanaan-Nya dengan begitu sederhana namun dalam: “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menyembunyikannya.” Terang diletakkan di atas kaki pelita agar dapat menjangkau dan membimbing siapa pun yang masuk. Demikianlah hendaknya hidup kita sebagai murid-murid Kristus: menjadi cahaya yang menuntun, bukan tersembunyi; menjadi terang yang hidup, bukan sekadar menyala.

Kita melihat pantulan terang Kristus dalam sosok Bunda Teresa dari Kalkuta. Dalam keheningan dan kesederhanaannya, ia membiarkan cahaya kasih Allah bersinar melalui pelayanan tanpa pamrihnya kepada mereka yang dilupakan dunia. Ia adalah lilin kecil yang tidak padam di tengah badai penderitaan.

Dan kita? Kita pun dipanggil untuk menjadi seperti dia. Tidak cukup hanya berdoa dan berpuasa. Doa harus membuat hati kita peka dan puasa harus menggerakkan tangan kita untuk melayani. Dalam kehidupan sehari-hari, selalu ada ruang untuk menjadi terang: meneguhkan yang lemah, menghibur yang berduka, menyemangati yang letih, dan membantu yang kekurangan.

Mari kita mohon kepada Tuhan agar mata hati kita dicelikkan, agar kita tidak melewatkan setiap kesempatan untuk menjadi cahaya kasih-Nya bagi dunia ini! Biarlah, seperti pemazmur, kita berseru dengan penuh kerinduan: "Ya Tuhan, aku datang, melakukan kehendak-Mu."

Doa:
Tuhan, jadikanlah aku lilin kecil yang tak lelah berpijar. Biarlah terang-Mu melalui hidupku menyentuh hati yang gelap, menyegarkan jiwa yang letih, dan menunjukkan jalan kepada-Mu. Amin.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia