(Renungan) Mesias yang Sesungguhnya

Mesias yang Sesungguhnya
(Nina Agustina)

Yesus bertanya kepada mereka, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” 
Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.”
(Luk. 9:20)

Kalender Liturgi Jumat, 26 September 2025
PF. S. Kosmas dan S. Damianus, Martir
Bacaan Pertama: Hag. 2:1b-10
Mazmur Tanggapan: Mzm. 43:1.2.3.4
Bacaan Injil: Luk. 9:18-22

Mengapa tema “Who Am I” pada setiap retret remaja menjadi tema wajib? Bahkan tema ini sering dipakai juga untuk retret dewasa. Apakah mengenal diri sendiri sulit? Nyatanya memang sulit, apalagi mengenal orang lain.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus bertanya kepada para murid-Nya, ”Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” Jawaban para murid sangat standar. Ada yang menjawab Yohanes Pembaptis, Elia, seorang nabi (Luk. 9:18-19). Yesus kembali bertanya, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Yesus mengharapkan jawaban yang lebih pribadi. Petrus menjawab mewakili yang lain, “Mesias dari Allah” (Luk. 9:20). Jawaban ini benar, namun dapat disalah mengerti, karena itu Yesus memerintahkan mereka supaya merahasiakan hal itu.

Yesus mengetahui apa bayangan para murid tentang Mesias, yaitu seorang pemimpin yang dapat membebaskan mereka dari Bangsa Romawi. Mereka tidak memahami bahwa Mesias adalah pribadi yang menderita, ditolak, dibunuh dan bangkit dengan mulia. Inilah Mesias yang sebenarnya.  

Mesias tidak dapat dipisahkan dengan penderitaan Yesus di salib. Hal ini sulit diterima oleh para murid, dan juga oleh kita yang hidup saat ini. Orang akan mudah mengimani Yesus yang membuat banyak mukjizat, memberi tanda-tanda hebat. Tapi siapa yang mau percaya pada Yesus yang menderita, mati di kayu salib? 

Hal Ini dianggap suatu kebodohan dan nyatanya banyak orang saat ini yang menghilangkan dan menggantikan salib dengan kemewahan, kesenangan, kekayaan, yang mana semuanya hanyalah kebahagiaan semu. Bagaimana dengan hidup kita apakah kita mengenal Mesias yang sesungguhnya?
 
Untuk dapat memaknai Mesias dengan benar, kita diminta untuk hidup menurut ajaran-Nya, dan bersedia untuk menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Tuhan dengan setia. Siapkah kita?

Doa: 
Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau rela mati di kayu salib untuk menebus dosa kami. Ajarilah kami untuk dapat memaknai Salib Kristus dengan benar dalam kehidupan kami. Amin.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia