(Renungan) Sertakan Tuhan dalam Setiap Rencanamu

Sertakan Tuhan dalam Setiap Rencanamu
(Sylvia Maria Djatisutikno)

Sebab, kita tidak membawa apa pun ke dalam dunia dan 
kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. 
(1Tim. 6:7)

Kalender Liturgi Jumat, 19 September 2025
Bacaan Pertama: 1Tim. 6: 2b-12
Mazmur Tanggapan: Mzm. 49: 6-7.8-9.17-18.20 
Bacaan Injil: Luk. 8:1-3

Ada sebuah kalimat yang sering saya dengar: manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Seperti juga yang tertulis dalam Ams. 19:21 “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.” 

Saya teringat kisah seseorang, yang suaminya memimpikan rumah yang indah, besar, dan megah. Lalu ia merancang dan menggambar dengan sangat detail dan penuh semangat. Setelah lebih dari satu tahun, akhirnya rumah impiannya  selesai juga. Ia berencana, minggu depannya akan mengisi dan menempatinya bersama keluarganya. Namun Tuhan telah lebih dulu memanggilnya. Rumah baru yang megah dan indah itu, tak sempat ia nikmati. 

Cerita teman saya ini menyadarkan kita, bahwa hidup kita sepenuhnya ada di tangan Tuhan, bukan di tangan kita sendiri. Bukan kita yang mengendalikan, tetapi Tuhan. Seperti firman-Nya, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan.” (Yes. 55:8). Kita sering merasa semua ada di tangan kita. Padahal kita tidak memiliki apa-apa. Sebagaimana kita lahir maupun pulang kembali ke Bapa, hanya membawa badan.

Apa pun yang kita bangun dan hasilkan di dunia ini; istana yang megah, tumpukan emas, atau koleksi mobil mewah, semua menjadi tidak berarti, ketika kita pulang. Karena semua itu tak mampu menghantar kita ke surga. Hanya iman, kasih dan perbuatan baik serta amal kita saja yang menjadi ‘tangga’ untuk menuntun kita kepada Bapa.

Bukankah Yesus sudah berpesan, kumpulkanlah hartamu di surga (Mat. 6:20). Namun, sering kali firman ini dianggap sepele. Padahal itu adalah kunci keselamatan, sebuah alarm rohani yang mengingatkan kita sebagai bekal sejati, jika kita mau selamat. 

Mari kita merenung sejenak, apakah kita sekarang ini sudah membangun ‘istana kebaikan’ sebagai lampu mercu suar yang menuntun langkah kita kepada Bapa? Sebab bukan banyaknya harta materi yang memberi kehidupan kita di dunia selanjutnya, tetapi harta rohani. Kita dipanggil menjadi kaya di hadapan Bapa, bukan di hadapan manusia. 

Doa:
Allah Bapa di surga, sering kali dalam membuat rencana, kami tidak menyertakan Engkau. Ampuni  kesombongan kami, kami lupa bahwa hidup ada di dalam tangan-Mu dan tidak bisa apa-apa jika Engkau tidak sertai. Hidup mati kami, Engkau yang berdaulat. Kiranya untuk selanjutnya kami melibatkan-Mu dalam setiap keputusan, sehingga hidup kami selalu berkenan kepada-Mu. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia