(Renungan) Berjaga-jagalah
Berjaga-jagalah
(Lyli Herijanto)
(Lyli Herijanto)
“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala.” 
(Luk. 12:35)
Kalender Liturgi Selasa, 21 Oktober 2025
Bacaan Pertama: Rm. 5:12.15b.17-19,20b-21
Mazmur Tanggpan: Mzm. 40:7-8a.8b-9.10.17
Bacaan Injil: Luk. 12:35-38
Apakah kita sungguh hidup dalam doa dan berjaga-jaga? Yesus mengajak para murid-Nya untuk selalu siap menyambut kedatangan Tuhan dengan sikap berjaga dan penuh kesiapsediaan. Tanda kesiapan itu digambarkan dengan pinggang yang berikat, siap untuk melayani; serta pelita yang tetap menyala, tanda kewaspadaan dan ketekunan dalam menanti.
Dalam Injil hari ini, kedatangan Tuhan diibaratkan seperti seorang tuan yang pulang dari pesta perkawinan pada waktu yang tidak dapat dipastikan, bisa tengah malam atau menjelang dini hari. Karena itu, Yesus menasihati murid-murid-Nya agar berjaga dengan iman, harapan dan kasih yang terus menyala. Penantian ini bukanlah pasif, melainkan sebuah sikap aktif: bekerja dengan setia, mengerjakan kewajiban dengan tekun, serta menaruh kerinduan kepada Tuhan. Kebahagiaan sejati akan dialami oleh para hamba yang didapati tuannya setia dan tetap berjaga.
Pengalaman pribadi membuat saya semakin memahami makna berjaga-jaga. Ketika harus berjaga mendampingi kedua anak saya yang terkena demam berdarah pada waktu yang bersamaan. Sebagai orang tua, saya harus selalu siap siaga: memantau suhu tubuh, memperhatikan perkembangan trombosit, serta menuruti setiap arahan dokter. Ketika trombosit sempat turun hingga di bawah 50.000, situasi menjadi kritis dan penuh ketegangan. Para dokter pun dengan cermat berjaga-jaga, memeriksa, dan mengupayakan pemulihan mereka. Saya belajar bahwa berjaga-jaga berarti tidak sekadar waspada, tetapi juga proaktif, berpegang pada harapan, dan tidak terjebak dalam keluhan. Dengan kesabaran dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, akhirnya kedua anak saya dipulihkan.
Demikian pula dalam kehidupan rohani, berjaga-jaga berarti menyiapkan hati untuk selalu siap dipimpin Tuhan. Kita dipanggil untuk melaksanakan tugas dengan tulus, memeriksa batin secara jujur, serta menyadari bahwa hidup tidak selalu berjalan mulus. Namun, dalam ziarah hidup ini lebih ditekankan pada pentingnya berjaga dalam doa, bertekun dalam iman, serta hidup dalam kasih yang nyata.
Doa:
Bapa surgawi, curahkanlah rahmat kesabaran dan kesiapsiagaan, agar kami senantiasa bertekun dalam berjaga-jaga dan bijaksana dalam melihat yang sungguh benar dalam hidup kami. Amin.

 
 
 
Komentar
Posting Komentar