(Renungan) Berkumpul di Bawah Sayap-Nya

Berkumpul di Bawah Sayap-Nya
(Nima Sirait)

“Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadanya! Berkali-kali Aku ingin mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.” 
(Luk. 13:34)

Kalender Liturgi Kamis, 30 Oktober 2025
Bacaan Pertama: Rom. 8:31b-39
Mazmur Tanggapan: Mzm. 109:21-22.26-27.30-31
Bacaan Injil: Luk. 13:31-35

Saat merebak isu gelombang pemutusan hubungan kerja di perusahaan tempat saya bekerja, saya panik, dan mama adalah orang pertama yang saya cari. Mama hanya seorang pensiunan guru. Ia tidak punya 'orang dalam' di perusahaan atau lembaga mana pun, yang bisa dimintakan sebuah posisi pekerjaan, jika saya 'dirumahkan'. 

Tapi mama berjanji bahwa setiap hela napasnya adalah doa untuk saya. Dia meminta saya untuk percaya pada penyelenggaraan Allah. Badai di dalam diri saya pun reda. Pengalaman panik membuat saya sadar, betapa saya butuh perlindungan. 

Dalam Injil hari ini, Yesus mengungkapkan kerinduan yang mendalam pada Yerusalem dengan kalimat “…seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya.” Sayap adalah simbol kasih, perlindungan, dan keamanan. Demikianlah kerinduan Yesus, Ia ingin meneduhkan, melindungi, dan menyelamatkan umat-Nya.

Namun Yerusalem justru menolak. Sepanjang sejarah, kota itu dikenal sebagai tempat para nabi ditolak, bahkan dibunuh. Kini Yesus sendiri pun menghadapi penolakan serupa. Penolakan itu membuat Yerusalem kehilangan berkat dan perlindungan Tuhan. 

Tanpa disadari kita pun sering melakukan hal yang sama. Saat lelah, stres, atau bingung, kita mencari pelarian di tempat lain, hiburan sesaat, media sosial, atau hal-hal yang menjauhkan kita dari Tuhan. Padahal sayap kasih Tuhan selalu terbuka lewat doa singkat saat merasa cemas, membaca Kitab Suci, kehadiran komunitas beriman, dan Ekaristi.

Yesus menutup percakapan dengan orang-orang Farisi itu dengan mengutip Mazmur. 118:26: “Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan.” Kalimat itu menghubungkan masa lalu: saat Israel menyambut Mesias; masa kini: saat kita menyambut Yesus dalam Ekaristi; dan masa depan: saat kita menantikan kedatangan-Nya kembali.

Hari ini kita diingatkan, kasih Yesus adalah sayap yang selalu terbuka, yang meneduhkan, melindungi, dan menuntun kita menuju keselamatan. Apa pun pergumulan kita, sayap kasih Tuhan selalu terbuka. Saat kita mau datang kepada-Nya, hati yang gelisah akan diteduhkan, seperti anak yang tenang dalam pelukan ibunya.

Doa:
Ya Allah, terima kasih karena sayap kasih-Mu selalu terbuka bagiku. Ampuni aku yang sering menjauh dan menolak perlindungan-Mu. Aku menyerahkan diri dan hidupku kepada-Mu sambil berkata, “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.” Ajari aku ya Allah, untuk selalu berdiam dekat dengan-Mu agar hidupku tenang dalam naungan-Mu. Amin.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia