(Renungan) Hidup Tidak Berasal dari Harta Milik

Hidup Tidak Berasal dari Harta Milik
(Titus Sj)

“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, 
hidupnya tidaklah berasal dari kekayaannya itu.”
(Luk. 12:15)

Kalender Liturgi Senin, 20 Oktober 2025
Bacaan Pertama: Rm. 4:20-25
Mazmur Tanggapan: Luk. 1:69-70.71-72.73-75
Bacaan Injil: Luk. 12:13-21

Satu kata yang menonjol dalam perikop ini adalah kata 'hidup'. Salah satunya ada dalam kalimat berikut ini: "hidupnya tidak berasal dari kekayaannya itu". Kata hidup dapat berarti hidup fisik. Tetapi bisa juga menunjuk kepada mutu hidup yang diperoleh dengan bertobat dan percaya kepada Injil. Yang kita imani sebagai hidup kekal. Hidup tidak dapat dijamin dengan harta milik, walaupun betapa banyak harta miliknya. Harta milik baru menjadi sumber hidup apabila digunakan untuk melayani orang lain. Yesus mengajarkan agar para murid  melepaskan diri dari miliknya. Serta memberikannya kepada orang lemah, kecil, miskin, terpinggirkan, dan difable (LKMTD), agar mendapat harta di surga.

Kakek buyut saya almarhum bernama Pringgowihardjo. Beliau seorang terpandang dan pernah menjadi lurah. Sawah dan pekarangan serta perhiasannya banyak sekali. Beliau mempunyai delapan anak. Dari delapan anak, ada tiga anak tidak memiliki keturunan. Setelah beliau meninggal sekian tahun, terjadilah perebutan warisan di antara anak-anak dan keturunannya. Karena tidak terselesaikan secara kekeluargaan, pertikaian harta waris berlanjut sampai  ke pengadilan, dari tingkat pengadilan negeri, pengadilan tinggi, sampai ke tingkat kasasi. Dengan terjadinya perebutan warisan di antara anak-anak dan keturunannya tersebut dan ditambah dengan proses pengadilan yang sungguh lama dan berlarut larut, apa yang terjadi? Dulu semuanya rukun saling mengasihi, penuh sukacita, damai sejahtera, dan saling setia. Sekarang semua itu telah sirna dan menjadi kebalikannya.

Maka benarlah yang menjadi judul renungan harian kali ini. Hidup tidak berasal dari harta milik. Yesus menyebut mereka  orang bodoh, sebutan yang menunjuk kepada orang yang hidup tanpa menghiraukan Allah. Orang bodoh tidak ingat pesan Allah. Lupa bahwa hidupnya merupakan titipan Allah, yang setiap saat dapat diminta kembali. Mereka sedang tidak  mengumpulkan harta di surga, karena tidak menggunakan harta miliknya untuk kebaikan, khususnya untuk orang LKMTD. 

Semoga kelak, ketika kita berjumpa dengan Tuhan Yesus, kita tidak dinilai bodoh oleh-Nya.

Doa:
Ya Bapa Surgawi, semoga iman kami dapat membuka hati bagi bekerjanya Roh Kudus. Sehingga memungkinkan kami untuk hidup secara penuh dalam rahmat Tuhan setiap harinya. Menghargai-Nya, hidup dari-Nya, dan bersaksi tentang-Nya, sehingga membuat hubungan kami dengan Kristus menjadi lebih nyata. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia