(Renungan) Yesus Tidak Membawa Damai, melainkan Pertentangan
Yesus Tidak Membawa Damai, melainkan Pertentangan
(Rosa Maria Gani)
(Rosa Maria Gani)
Kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi?
Bukan damai, kata-Ku kepadamu, melainkan pertentangan.
(Luk. 12:51)
Bacaan Pertama: Rm. 6:19-23
Mazmur Tanggapan: Mzm. 1:1-2.3.4.6
Bacaan Injil: Luk. 12:49-53
Yesus mengungkapkan tiga hal penting mengenai kedatangan-Nya ke dunia. Pertama, Ia datang untuk menyalakan api di bumi. Api itu menimbulkan berbagai krisis dan pergumulan batin. Inilah masa di mana manusia harus menentukan pilihan, apakah akan mengakui Yesus sebagai Tuhan atau menolak Dia.
Kedua, Yesus mengatakan bahwa Ia akan mengalami penderitaan yang luar biasa berat dan menyakitkan, bagaikan “baptisan” yang menenggelamkan diri-Nya dalam kesakitan. Hal ini membuat hati-Nya gelisah, namun Ia rindu agar semuanya segera terlaksana demi keselamatan manusia.
Ketiga, kedatangan-Nya bukanlah membawa damai duniawi, tetapi pertentangan. Api yang Ia nyalakan akan membakar hati manusia, menjadikan mereka terang dan garam dunia. Tetapi, terang itu juga akan membuat mereka yang mencintai kegelapan merasa terganggu. Yesus tidak mengajarkan kekerasan atau kebencian. Ia mengingatkan bahwa setiap orang yang memilih-Nya harus siap menanggung penolakan dan penderitaan, bahkan dari orang-orang terdekat.
Santa Teresia Benedikta dari Salib merupakan salah satu contoh orang yang terbakar karena api yang dinyalakan Yesus. Ia terlahir dari keluarga Yahudi dengan nama Edith Stein, pada tahun 1891, di Jerman. Edith merupakan seorang filsuf hebat dan menjadi ateis saat remaja. Setelah membaca tulisan Santa Teresia dari Avila, Edith pun bertobat dan memilih menjadi Katolik, bahkan ia memutuskan menjadi biarawati Karmelit.
Keputusan ini ditentang keras oleh ibunya, karena mengganggap Edith sudah mengkhianati warisan iman Yahudi mereka. Situasi menjadi semakin parah karena saat itu sedang memanasnya kebencian dan diskriminasi bagi orang Yahudi di Jerman. Akibat keputusannya itu, Edith dan ibunya bersitegang selama bertahun-tahun.
Pada tahun 1942, Edith ditangkap dan dibunuh oleh Nazi karena ia berlatar belakang Yahudi dan beragama Katolik. Ia wafat sebagai martir iman, dan dibeatifikasi tahun 1987 serta dikanonisasi tahun 1998 oleh Paus Yohanes Paulus II.
Mengikuti Yesus berarti berani menjaga nyala api iman, meskipun risiko penolakan dan penderitaan sangat nyata. Mari kita mohon bantuan Roh Kudus, agar dimampukan menjaga api itu tetap menyala dan menjadi terang, di tengah dunia!
Doa:
Tuhan Yesus, kobarkanlah api Roh Kudus dalam hatiku. Berilah aku keberanian untuk memilih Engkau di atas segalanya, bahkan ketika aku harus ditolak oleh orang-orang terdekat. Jadikan aku saksi cinta dan kebenaran-Mu, meskipun jalannya tidak selalu damai. Amin.

 
 
 
Komentar
Posting Komentar