(Renungan) Berjaga-jagalah
Berjaga-jagalah
(C. Hudianto)
Kalender Liturgi Minggu, 30 November 2025
Bacaan Pertama: Yes. 2:1-5
Mazmur Tanggapan: Mzm. 122:1-2.4-5.6-7.8-9
Bacaan Kedua: Rm. 13:11-14a
Bacaan Injil: Mat. 24:37-44
Bacaan Injil hari ini berkisah mengenai wejangan Yesus di Bukit Zaitun bagi para murid. Isi wejangan-Nya terkait akhir zaman. Hari kedatangan Anak Manusia sudah dekat, tetapi tidak diketahui harinya. Maka, perlu berjaga-jaga dan siap sedia. Secara harafiah berarti waspada. Berjaga-jaga bermakna menjaga hidup sebagai pelaku firman-Nya dengan bertindak benar di hadapan Tuhan. Mampu menangkal godaan iblis berupa kedagingan. “Matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi.” (Kol. 3:5a).
Ajaran Yesus untuk berjaga-jaga disampaikan melalui perumpamaan tentang tindakan memilih salah satu dari dua laki-laki dan dari dua perempuan yang sedang melakukan pekerjaan yang sama di ladang dan di rumah (Mat. 24:40-42), memberi pesan bahwa semua manusia akan dihadapkan dengan akhir zaman sebagai momen tuaian. Ada yang siap akan kedatangan Anak Manusia yang akan membawa ke surga, namun ada yang tidak siap.
Carlo Acutis baru berusia 15 tahun saat ia sakit dan tak lama kemudian dipanggil Tuhan. Sembilan belas tahun kemudian, pada September lalu Paus Leo XIV di Vatikan memberi kanonisasi alias gelar Santo kepada Carlo Acutis. Ia dikenal sebagai anak milenial sejati, dengan kegemaran bermain computer games. Namun, ia juga menjalani kehidupan rohani yang luar biasa serta memiliki sikap belarasa yang tinggi. Ia mendapat julukan God's Influencer. Pada usia 10 tahun ia membuat katalog berupa website "Mukjizat Ekaristi". Ini adalah bentuk pewartaan iman.
Carlo Acutis sangat mencintai Sakramen Ekaristi. Setiap hari ia ikut Misa. Ia pernah mengatakan: “Semakin sering kita menyambut Ekaristi, semakin kita menjadi seperti Yesus dan semakin kita merasakan surga.” Carlo juga meyakini bahwa semua orang lahir sebagai orisinil, tapi banyak yang mati sebagai fotocopi. Paus Fransiskus menyebut Carlo sebagai contoh kekudusan remaja di zaman now.
Maka, mari meneladani kehidupan berjaga-jaga seperti yang dilakukan Carlo Acutis. Selalu mengikuti kehendak-Nya, menerima konsekuensi sebagai murid-Nya dan melawan nafsu daging. Maka, "Apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan.” (1Ptr. 5:4)
Doa:
Allah Bapa Yang Maha Rahim, kami bersyukur atas talenta yang Engkau percayakan kepada kami. Teguhkanlah iman dan pengharapan kami dengan kuasa Roh-Mu, untuk selalu tekun dan taat berjaga dalam berkarya bersama-Mu, dengan mengandalkan Engkau sebagai sumber keselamatan kekal. Amin.
(C. Hudianto)
Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
(Mat. 24:40-42)
Bacaan Pertama: Yes. 2:1-5
Mazmur Tanggapan: Mzm. 122:1-2.4-5.6-7.8-9
Bacaan Kedua: Rm. 13:11-14a
Bacaan Injil: Mat. 24:37-44
Bacaan Injil hari ini berkisah mengenai wejangan Yesus di Bukit Zaitun bagi para murid. Isi wejangan-Nya terkait akhir zaman. Hari kedatangan Anak Manusia sudah dekat, tetapi tidak diketahui harinya. Maka, perlu berjaga-jaga dan siap sedia. Secara harafiah berarti waspada. Berjaga-jaga bermakna menjaga hidup sebagai pelaku firman-Nya dengan bertindak benar di hadapan Tuhan. Mampu menangkal godaan iblis berupa kedagingan. “Matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi.” (Kol. 3:5a).
Ajaran Yesus untuk berjaga-jaga disampaikan melalui perumpamaan tentang tindakan memilih salah satu dari dua laki-laki dan dari dua perempuan yang sedang melakukan pekerjaan yang sama di ladang dan di rumah (Mat. 24:40-42), memberi pesan bahwa semua manusia akan dihadapkan dengan akhir zaman sebagai momen tuaian. Ada yang siap akan kedatangan Anak Manusia yang akan membawa ke surga, namun ada yang tidak siap.
Carlo Acutis baru berusia 15 tahun saat ia sakit dan tak lama kemudian dipanggil Tuhan. Sembilan belas tahun kemudian, pada September lalu Paus Leo XIV di Vatikan memberi kanonisasi alias gelar Santo kepada Carlo Acutis. Ia dikenal sebagai anak milenial sejati, dengan kegemaran bermain computer games. Namun, ia juga menjalani kehidupan rohani yang luar biasa serta memiliki sikap belarasa yang tinggi. Ia mendapat julukan God's Influencer. Pada usia 10 tahun ia membuat katalog berupa website "Mukjizat Ekaristi". Ini adalah bentuk pewartaan iman.
Carlo Acutis sangat mencintai Sakramen Ekaristi. Setiap hari ia ikut Misa. Ia pernah mengatakan: “Semakin sering kita menyambut Ekaristi, semakin kita menjadi seperti Yesus dan semakin kita merasakan surga.” Carlo juga meyakini bahwa semua orang lahir sebagai orisinil, tapi banyak yang mati sebagai fotocopi. Paus Fransiskus menyebut Carlo sebagai contoh kekudusan remaja di zaman now.
Maka, mari meneladani kehidupan berjaga-jaga seperti yang dilakukan Carlo Acutis. Selalu mengikuti kehendak-Nya, menerima konsekuensi sebagai murid-Nya dan melawan nafsu daging. Maka, "Apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan.” (1Ptr. 5:4)
Doa:
Allah Bapa Yang Maha Rahim, kami bersyukur atas talenta yang Engkau percayakan kepada kami. Teguhkanlah iman dan pengharapan kami dengan kuasa Roh-Mu, untuk selalu tekun dan taat berjaga dalam berkarya bersama-Mu, dengan mengandalkan Engkau sebagai sumber keselamatan kekal. Amin.

Komentar
Posting Komentar