(Renungan) Butakah Mata Hatiku?

Butakah Mata Hatiku? 
(Thomas Eko)

Lalu kata Yesus kepadanya, “Melihatlah sekarang! Imanmu telah menyelamatkan engkau.”
(Luk. 18:42)

Kalender Liturgi Senin, 17 November 2025
PW. St. Elisabeth dari Hungaria
Bacaan Pertama: 1Mak. 1:10-15.41-43.54-57.62-64
Mazmur Tanggapan : Mzm. 119:53.61.134.150.155.158
Bacaan Injil : Luk. 18:35-43

Orang yang buta di dekat kota Yerikho sudah lama mendengar tentang Yesus dan karya-Nya. Ia sungguh ingin bertemu Yesus yang menjadi pengharapannya untuk dapat melihat. Ia berseru sekuat tenaga, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Meskipun banyak orang  meminta ia diam, namun ia makin berupaya mendapatkan perhatian Yesus, dengan berteriak lebih keras lagi. Ia percaya dan sungguh berusaha, akhirnya ia dapat melihat dari Yesus Sang Terang. Orang buta itu begitu menghargai Yesus penyembuhnya dan memutuskan untuk mengikuti Yesus dengan memperhatikan sikap, kata-kata Yesus, dan menjalankan perintah-Nya.

Setiap anak yang baru lahir, awalnya pasti tidak mengenal Yesus. Anak-anak bagaikan kertas kosong yang menanti diberikan tulisan, yaitu ajaran norma dan agama. Demikian pula awalnya, saya yang lahir dari keluarga bukan Katolik, tidak mengenal Yesus secara detil dan pribadi. Ibarat orang buta, yang hanya dapat mendengar dari orang lain yaitu keluarga.   Dalam proses kehidupanku, kebutaan mata hati pun datang menghampiri, seperti perumpamaan tentang selumbar dan balok kayu. Mata hatiku tidak dapat melihat dengan jelas, karena  terhalang oleh balok; melihat hanya sisi negatifnya orang lain, yaitu perasaan benci, tidak mau mengampuni orang lain yang bersalah padaku.

Ketika ruangan dalam hati dipenuhi hal-hal duniawi, egosentris, kesombongan diri, cahaya atau terang kasih Tuhan tak akan sampai masuk ke dalamnya. Ketika hati dipenuhi keinginan dan ego pribadi, ia seolah-olah buta akan hal-hal baik, bahkan mengabaikan ajaran Yesus untuk mengasihi. Demikian pula saya, di masa sebelum sungguh mengenal Kristus. Pengalaman disembuhkan dari luka batin dalam satu Seminar Hidup Baru dalam Roh, ibarat  disembuhkan dari kebutaan mata hatiku. 

Dalam mengikuti Yesus, saya dan kita semua perlu mengimani dan berusaha mengikuti perintah Yesus Sang Terang untuk menjalani peziarahan hidup, terutama dalam hal mengampuni yang bersalah kepada kita. Semoga saya dan anda semua, sanggup meneladani orang buta yang disembuhkan itu, selalu mengikuti Yesus.

Doa:
Allah Bapa, terima kasih, karena Engkau telah menyembuhkan kami dari kebutaan mata hati, sehingga kami dapat melihat terang dan kasih-Mu dalam diri Yesus Kristus. Semoga kami dapat sungguh berusaha membuka mata hati kami dan selalu mengikuti Engkau seperti seorang buta yang Dia sembuhkan. Amin.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia