(Renungan) Tetap Setia dan Tidak Goyah
Tetap Setia dan Tidak Goyah
(Johanna Kemal)
(Johanna Kemal)
Jawab-Nya, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab, banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah mengikuti mereka.”
(Luk. 21:8)
Bacaan Pertama: Dan. 2:31-45
Mazmur Tanggapan: T. Dan. 3:57-61
Bacaan Injil: Luk. 21:5-11
Perkataan Yesus agar kita waspada dan tidak disesatkan, merupakan jawaban atas pertanyaan beberapa orang yang mengagumi Bait Allah dengan batu-batunya yang indah serta berbagai persembahan yang mewah. Yesus berkata, “Akan datang waktunya ketika tidak ada satu batu pun akan dibiarkan di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” Lalu mereka bertanya, “Guru, kapan semuanya itu akan terjadi? Dan apakah tandanya?
Kondisi ini mirip dengan zaman kita sekarang, ketika manusia begitu mudah terpesona oleh kemewahan duniawi, keindahan lahiriah, dan logika yang memukau. Kita sering terbuai oleh kenikmatan sesaat. Namun, ketika berbagai cobaan datang, seperti penyakit, kesulitan ekonomi, relasi keluarga yang retak, pengkhianatan dari orang terdekat, penolakan dari komunitas, bahkan dicap sebagai pembawa masalah, dianggap toxic dan dijauhi maka iman kita benar-benar diuji.
Kondisi ini mirip dengan zaman kita sekarang, ketika manusia begitu mudah terpesona oleh kemewahan duniawi, keindahan lahiriah, dan logika yang memukau. Kita sering terbuai oleh kenikmatan sesaat. Namun, ketika berbagai cobaan datang, seperti penyakit, kesulitan ekonomi, relasi keluarga yang retak, pengkhianatan dari orang terdekat, penolakan dari komunitas, bahkan dicap sebagai pembawa masalah, dianggap toxic dan dijauhi maka iman kita benar-benar diuji.
Yesus mengajarkan kita untuk bertahan dalam iman, pengharapan dan kasih. Kita dipanggil untuk tetap setia dan tidak goyah, meski hati kita sering bertanya, “Sampai kapan Tuhan?”
Seorang pastor pernah mengajarkan bahwa dalam berdoa, kita perlu punya “plan A, plan B dan plan C.” Mengapa? Supaya kita tidak mudah kecewa dan putus asa. Misalnya, ketika orang tua kita sakit, kita berdoa agar mereka segera sembuh (plan A). Namun kita juga harus siap menunggu dengan sabar bila kesembuhan itu datang sesuai waktu Tuhan (plan B). Bahkan, kita pun perlu siap menerima bila diberi kesembuhan selamanya, dalam arti orang tua kita dipanggil menghadap Tuhan (plan C).
Seorang pastor pernah mengajarkan bahwa dalam berdoa, kita perlu punya “plan A, plan B dan plan C.” Mengapa? Supaya kita tidak mudah kecewa dan putus asa. Misalnya, ketika orang tua kita sakit, kita berdoa agar mereka segera sembuh (plan A). Namun kita juga harus siap menunggu dengan sabar bila kesembuhan itu datang sesuai waktu Tuhan (plan B). Bahkan, kita pun perlu siap menerima bila diberi kesembuhan selamanya, dalam arti orang tua kita dipanggil menghadap Tuhan (plan C).
Yesus juga mengingatkan bahwa akan muncul banyak orang yang mengaku sebagai utusan Tuhan, bahkan memakai nama-Nya untuk menjanjikan jalan keluar dari penyakit, hutang, atau masalah hidup lainnya. Kita harus berhati-hati terhadap janji-janji manis yang justru menjerumuskan. Ukurlah segala sesuatu dari buah-buah yang dihasilkan. Apakah membawa damai sejahtera, atau justru membawa kegelisahan dan perpecahan?
Tetapi barang siapa bertahan sampai pada kesudahannya, ia akan selamat. (Mat. 24:13). Maukah kita tetap setia dan tidak goyah dalam iman, meski harus menghadapi kesulitan dan penderitaan hidup?
Doa:
Tuhan Yesus, berilah kami kekuatan untuk dapat berjuang sampai akhir; sehingga ketika Engkau datang, Engkau akan mendapati kami tetap setia kepada-Mu. Teguhkanlah iman, pengharapan dan kasih kami, hingga akhirnya kami boleh bersatu kembali dengan-Mu. Amin.
Tuhan Yesus, berilah kami kekuatan untuk dapat berjuang sampai akhir; sehingga ketika Engkau datang, Engkau akan mendapati kami tetap setia kepada-Mu. Teguhkanlah iman, pengharapan dan kasih kami, hingga akhirnya kami boleh bersatu kembali dengan-Mu. Amin.

Komentar
Posting Komentar