(Renungan) Tangan Tuhan yang Tak Pernah Melepas
Tangan yang Tak Pernah Melepas
(Isye Iriani)
(Isye Iriani)
Sebab Aku, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu, "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau."
(Yes. 41:13)
Kalender Liturgi Kamis, 11 Desember 2025
Bacaan Pertama: Yes. 41:13-20
Mazmur Tanggapan: Mzm. 145:1.9.10-11.12-13ab
Bacaan Injil: Mat. 11:11-15
Yesaya bab 41 adalah nyanyian pengharapan bagi mereka yang letih dan kehilangan pegangan. Di tengah kepedihan dan kerapuhan manusia, Tuhan tidak datang dengan teguran, melainkan dengan kelembutan kasih.
Di saat hati manusia hancur, Ia tidak berdiri jauh. Ia hadir di sisi kita, seperti seorang Bapa yang menenangkan anaknya yang ketakutan.
Kesetiaan, penyertaan, dan kasih Tuhan adalah benang merah yang menjahit seluruh kisah Kitab Suci. Ironisnya, kebenaran yang seharusnya menjadi penghiburan sering hanya tinggal wacana religius, bukan pengalaman iman nyata, terutama ketika hidup sedang tidak baik-baik saja.
Saat membantu sebuah sekolah menghadapi anak-anak bermasalah, pernyataan di atas terkonfirmasi. Ada anak yang agresif, suka membuat keributan, berkelahi, dan membuli teman. Sebagian besar mereka tidak memiliki figur ayah. Anak-anak dengan ADHD atau autisme, yang seharusnya mendapat dukungan dan kasih lebih, justru sering menerima perlakuan kasar dari orang-orang yang seharusnya melindungi mereka.
Ada pula kisah tragis seorang remaja yang menghilang dari rumah karena tekanan keluarga, hingga yang paling menyayat: seorang anak yang mengakhiri hidup dari lantai delapan sekolahnya. Akar dari semua itu sama: orang tua yang abai, tidak hadir, tidak mengenal cara mengasuh dengan kasih.
Anak-anak tumbuh tanpa rasa aman, minim teladan kasih, tidak pernah mengenal sosok 'Bapa yang memegang tangan kanan mereka'. Padahal, orang tua seharusnya menjadi cermin kasih Allah, yang melalui mereka, anak belajar mengenal siapa Bapa yang pengasih itu.
Maka, refleksi Firman hari ini menantang aku sebagai orang tua dan pendamping hidup: Sudahkah aku menjalankan tugas utama, menghadirkan kasih Allah di tengah keluarga inti? Amanat agung sejatinya panggilan untuk hadir di rumah, mendaur ulang emosi: mengubah kesedihan menjadi sukacita, frustrasi menjadi prestasi, dan tragedi menjadi komedi. Seperti yang dicontohkan Bapa, menebus dan mengubah: ulat menjadi alat, gurun menjadi taman. Biarlah karya penebusan yang sama bergema dalam keluarga kita, tempat di mana kasih Allah pertama kali dikenali melalui tangan kita.
Doa:
Ya Bapa yang penuh kasih, terima kasih karena Engkau tidak pernah melepaskan tangan kami, bahkan saat kami letih, takut, dan kehilangan arah. Di tengah gurun kehidupan, Engkau menumbuhkan harapan baru, di tengah luka, Engkau menyalakan kasih yang menyembuhkan. Ajarlah kami menjadi cerminan kasih-Mu, memegang tangan sesama dengan kelembutan, menguatkan yang rapuh, dan menghadirkan penghiburan di mana Engkau menempatkan kami. Amin.

Komentar
Posting Komentar